Mohon tunggu...
Stefani Amalia Candra
Stefani Amalia Candra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universtas Airlangga

Challenge your limits

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Sisi Gelap di Balik Tren Fast Fashion

23 Juni 2024   09:55 Diperbarui: 23 Juni 2024   09:59 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Munculnya perubahan tren fashion yang begitu cepat tidak lepas dari perilaku konsumtif di masyarakat. Setiap orang berlomba-lomba untuk memiliki dan mengenakan pakaian model terbaru saat model tersebut berada di puncak popularitasnya, begitu pula dengan industri fashion yang terus melakukan produksi pakaian secara massal untuk memenuhi tuntutan masyarakat. Siklus ini akan terus berulang sesuai tren berpakaian yang sedang populer.

Istilah fast fashion menggambarkan tren pakaian yang diproduksi dengan harga relatif murah untuk mengikuti tren yang terus berkembang dalam waktu singkat. Model pakaian yang diproduksi oleh industri fast fashion menggunakan bahan baku yang kualitasnya rendah. 

Hal ini dilakukan dalam upaya menekan biaya produksi sehingga dapat dijual dengan harga murah dan dapat dibeli oleh semua orang dari berbagai kalangan. Namun, bahan yang digunakan dalam produksi fast fashion tidak akan bertahan lama dan lebih mudah rusak, akibatnya produk yang dihasilkan justru berpotensi lebih besar dalam meningkatkan limbah dan mencemari lingkungan.

Maraknya keberadaan industri fast fashion di dunia tidak hanya berdampak buruk bagi lingkungan, tetapi juga menimbulkan masalah sosial, terutama di negara-negara berkembang. Sebuah film dokumenter berjudul “The True Cost” yang disutradarai oleh Andrew Morgan, menyoroti fakta di balik setiap produk yang dihasilkan dalam industri fast fashion

Kemajuan industri fast fashion didukung oleh perilaku konsumtif masyarakat yang senantiasa berbelanja karena tergiur oleh harga murah. Di balik rendahnya harga produk tersebut, terdapat eksploitasi pekerja dan kondisi buruh yang buruk. Eksploitasi paling banyak yang diterima oleh buruh adalah permasalahan upah yang tidak sesuai dengan porsi kerja dan standar yang layak, serta tidak adanya jaminan keselamatan yang memadai.

Solusi yang dapat kita lakukan untuk mengatasi permasalahan ini adalah dengan mengurangi penggunaan produk fast fashion. Hal ini dapat dilakukan dengan menghindari berbelanja merek pakaian yang menerapkan fast fashion, mengutamakan kualitas daripada kuantitas sebagai pertimbangan dalam berbelanja pakaian, memilih produk pakaian yang multifungsi dan timeless. Dengan mengurangi penggunaan produk fast fashion, kita tidak hanya berkontribusi dalam melestarikan lingkungan, tetapi juga turut serta dalam memperjuangkan hak asasi manusia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun