Perkembangan pesat teknologi blockchain dan aset kripto diiringi oleh peningkatan ancaman siber.
Para pelaku kejahatan siber terus mengembangkan metode baru untuk mencuri aset digital, dan salah satu yang terbaru adalah munculnya malware Android bernama Crocodilus.
Malware ini dirancang khusus untuk menargetkan dompet kripto pengguna Android, mencuri informasi sensitif seperti kunci pribadi, seed phrase, dan kredensial login.
Kehilangan informasi ini dapat mengakibatkan kerugian finansial yang besar bagi korbannya, karena pelaku kejahatan dapat mengakses dan menguras aset kripto yang tersimpan di dompet tersebut.
Situasi ini semakin mengkhawatirkan mengingat semakin banyaknya individu yang menyimpan aset kripto mereka di perangkat mobile.
Crocodilus, menurut laporan keamanan siber, menggunakan teknik yang cukup canggih untuk menyusup ke perangkat Android.
Malware ini seringkali disamarkan dalam aplikasi yang tampak sah dan bermanfaat, sehingga pengguna mudah tertipu untuk mengunduhnya.
Setelah terinstal, Crocodilus bekerja secara diam-diam di latar belakang, mengumpulkan informasi sensitif tanpa sepengetahuan pengguna.
Kemampuannya untuk mendeteksi dan menargetkan berbagai aplikasi dompet kripto, baik yang populer maupun yang kurang dikenal, memperluas jangkauan korban potensial.
Berbeda dengan malware yang hanya mencuri data pribadi, Crocodilus langsung mengincar kunci akses ke aset kripto.
Ini berarti pelaku kejahatan tidak hanya mendapatkan informasi pribadi korban, tetapi juga akses langsung ke kekayaan digital mereka.