BRICS, kelompok negara ekonomi berkembang yang terdiri dari Brasil, Rusia, India, Cina, dan Afrika Selatan, telah menjadi sorotan dalam beberapa tahun terakhir.
Salah satu isu yang mengemuka adalah potensi pembentukan mata uang bersama BRICS, yang oleh beberapa pihak dianggap sebagai ancaman terhadap dominasi dolar AS sebagai mata uang cadangan global.
Gagasan ini muncul sebagai respons terhadap fluktuasi nilai tukar dolar dan keinginan untuk mengurangi ketergantungan pada sistem keuangan yang didominasi AS.
Namun, gagasan ini telah memicu reaksi dari berbagai pihak, termasuk ancaman tarif dari mantan Presiden AS, Donald Trump.
Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, membantah klaim bahwa BRICS bertujuan untuk menggantikan dolar AS.
Peskov menegaskan bahwa BRICS tidak berencana menciptakan mata uang bersama untuk mengganti dolar.
Sebaliknya, tujuan BRICS adalah membangun platform investasi bersama yang memungkinkan investasi timbal balik di negara-negara berkembang.
Melansir dari cointelegraph pada Sabtu, 1 Februari 2025, pernyataan ini disampaikan sebagai tanggapan atas ancaman tarif 100% dari Donald Trump terhadap BRICS jika mereka melanjutkan rencana pembentukan mata uang bersama.
Trump, dalam pernyataannya, menganggap upaya BRICS untuk mengurangi ketergantungan pada dolar sebagai hal yang tidak dapat diterima.
Meskipun beberapa negara anggota BRICS, seperti Brasil, telah mendorong konsep mata uang bersama sejak setidaknya tahun 2023 untuk mengurangi kerentanan terhadap fluktuasi dolar, Peskov menekankan bahwa diskusi mengenai potensi "mata uang BRICS," termasuk usulan mata uang yang didukung emas yang dikenal sebagai "Unit," bertujuan untuk memfasilitasi perdagangan dan investasi di dalam kelompok BRICS, bukan untuk menantang supremasi dolar AS.
Potensi mata uang ini dilihat sebagai alat penyelesaian transaksi lintas batas atau mata uang digital, bukan sebagai pengganti dolar.