Mohon tunggu...
Stefan Sikone
Stefan Sikone Mohon Tunggu... Penulis - Mengajar di SMAN 1 Tengaran - Kab. Semarang dan Entreprenuer Bisnis Online

Guru bisnis online. Berlayar di 3 pulau ilmu: filsafat, ekonomi manajemen, komputer. Mendirikan LPK Bistek untuk memberikan pendidikan dan latihan gratis bisnis online bagi masyarakat yang berminat.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kekuatan Solidaritas dan Persahabatan dalam Masyarakat

11 Juni 2024   16:31 Diperbarui: 11 Juni 2024   16:38 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam ensikliknya yang terkenal, "Caritas in Veritate" tahun 2009, Paus Benediktus XVI menyoroti pentingnya melampaui pandangan sosial yang terbatas pada pasar dan negara. 

Paus Benedictus menegaskan bahwa model yang hanya fokus pada pasar dan negara dapat merusak masyarakat. 

Sebaliknya, Paus Benediktus XVI menekankan bahwa ekonomi yang didasarkan pada prinsip solidaritas, yang terdapat dalam masyarakat sipil tanpa dibatasi oleh pasar atau negara, akan menjadi kekuatan yang memperkuat masyarakat secara keseluruhan.

Paus Benediktus XVI juga menekankan bahwa meskipun pasar tidak bersifat bebas dan memerlukan aturan, baik pasar maupun politik membutuhkan keterbukaan terhadap pemberian balik. 

Hal ini menggarisbawahi perlunya menciptakan model ekonomi yang adil dan berkelanjutan, di mana solidaritas menjadi landasan utama.

Seorang ekonom dan teoretikus sistem, Boulding, menyediakan pandangan yang lebih luas tentang masyarakat. 

Dia membedakan antara ekonomi pertukaran dua arah yang umum, dan ekonomi hibah satu arah yang didasarkan pada cinta. 

Boulding menyoroti peran beragam sistem dalam dinamika sosial, termasuk keluarga, pasar, dan negara. Namun, ia menekankan pentingnya hubungan pribadi yang positif, seperti persahabatan, dalam memperkuat jalinan sosial.

Persahabatan, menurut analisis dari para filsuf seperti Aristoteles dan penulis seperti CS Lewis, dianggap sebagai salah satu institusi sosial yang paling bebas. 

Persahabatan memerlukan partisipasi sukarela dari semua pihak yang terlibat, dan dapat memiliki beragam bentuk, mulai dari yang didasarkan pada kegunaan hingga kebajikan. 

Dalam konteks ini, persahabatan bukan hanya sekadar ikatan antarpribadi, tetapi juga kekuatan yang memperkuat struktur masyarakat secara keseluruhan.

Selain itu, pemikiran Tocqueville menyoroti kekuatan masyarakat asosiasi dalam konteks demokrasi Amerika. 

Sementara Cornuelle menunjukkan implikasi kebijakan luar negeri dari prinsip subsidiaritas, yang menggarisbawahi pentingnya memungkinkan keputusan diambil secara terdekat dengan individu atau komunitas yang terpengaruh.

Dari tinjauan ini, menjadi jelas bahwa persahabatan dan asosiasi sosial memainkan peran penting dalam memperkuat struktur masyarakat di luar kerangka pasar dan negara. 

Dengan mendorong solidaritas dan memperkuat jalinan sosial, masyarakat dapat berkembang menjadi entitas yang lebih inklusif dan berkelanjutan bagi semua anggotanya.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun