Kebutuhan manusia akan sumber daya alam memang tidak dipungkiri sangatlah besar pada akhir akhir ini. Seperti yang sudah kita ketahui bahwa jika semakin banyaknya pertambahan jumlah penduduk di suatu tempat maka semakin banyak pula sumber daya yang harus digunakan untuk menghidupinya. Sehingga banyaknya perusahaan perusahaan yang muncul untuk menyediakan sumber daya yang dibutukan oleh manusia, namun banyaknya perusahaan yang muncul untuk menawarkan jasa penggunaan sumber daya semakin banyak pula sumber daya alam yang kita ambil dari planet Bumi ini.
Bukan hanya masalah pengambilan sumber daya alam yang diambil, namun juga ada permasalahan pengolahan limbah pabrik dan perusahaan yang juga dapat mencemari lingkungan yang kita huni sekarang ini, yang menyebabkan lingkungan kita huni ini menjadi tidak dapat kita ambil sumber dayanya. Seperti pada berita baru baru ini yang di beredar di situs www.okezone.com pada tangggal 18 Februari 2016, yang mengatakan bahwa ada 14 perusahaan di kota Cirebon terancam diberi sanksi karena dinilai telah mencemari lingkungan. Dan parahnya lagi, enam dari 14 perusahaan tersebut adalah rumah sakit di kota Cirebon.
Berbagai macam permasalahan dan isu-isu lingkungan menjadikan terciptanya suatu ruang public untuk membahasnya dengan berbagai cara. Komunikasi yang terjalin dalam pembahasan permasalahan dan isu-isu lingkungan menjadikan sebuah pergerakan baru dalam menyebarkan konsep “hijau”dan menjadikanya suatu komunikasi lingkungan. Seperti pada situs www.theieca.org yang mengarah pada buku Robert Cox yang berjudul Enviromental Comunication and Public Sphere, yang mengatakan bahwa komunikasi lingkungan adalah semua bentuk beragam interpersonal, kelompok, masyarakat, organisasi, dan komunikasi dimediasi yang membentuk sosial diskusi / debat tentang isu-isu lingkungan dan masalah, dan hubungan kita dengan alam non-manusia. Longgar berbicara, kita dapat merujuk bahwa diskusi / debat tentang isu-isu lingkungan dan masalah sebagai "wacana lingkungan." Dan, kita dapat merujuk pada diskusi sosial yang lebih luas tentang Alam sebagai wacana Alam. komunikasi lingkungan bermanifestasi sebagai wacana Alam dan bagian nya dalam wacana lingkungan.
Seperti yang dijelaskan di atas suatu yang disebut komunikasi lingkunagn menciptakan sebuah ruang public atau ruang social yang kemudian memberikan public tentang gambaran lingkungan yang ada yang mempunyai tujuan untuk memperkuat kepekaan masyrakat terhadap isu – isu lingkungan yang beredar disekitar. Seperti definisi yang digambarkan di salah satu jurna Perancis yang mengatakan, komunikasi lingkungan adalah penggunaan terencana dan strategis dalam penggunaan proses komunikasi dan produk media untuk mendukung pembuatan kebijakan yang efektif, partisipasi public, dan pelaksanaan ketahanan lingkungan alam yang terarahkan di dalam masyarakat. Hal itu merupakan proses interaksi dua arah yang memungkinkan orang yang bersangkutan untuk dapat memahami factor factor lingkungan utama dan yang saling ketergantungan dan berkompeten untuk meresponnya.
Menurut beberapa penjelasan dan studi kasus di atas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi lingkungan merupakan pembahasan yang mempunyai cakupan yang teramat luas, yang mempunyai dua fungsi yaitu pragmatis dan konstruktif. Yang dimaksud pragmatis adalah bagaimana fungsi komunikasi lingkungan menyelesaikan atau mengatasi masalah lingkungan yang beredar di masyarakat, dan konstruktif yang dimaksud adalah bagaiman komunikasi lingkungan dapat memberi gambaran kepada para masyarakat tentang konsep lingkungan dan terjun dalam penyelesaian masalah lingkungan. Namun dalam buku Robert Cox yang berjudul Enviromental Comunication and Public Sphere membagi atas tujuh area studi yang paling sering dibahas.
- Environmental rhetoric and discourse.
Pada tahap Enviromental rhetoric and discourse atau pada tahap retorika dan diskursus lingkungan ini mempunyai dua focus studi pada area tentang penggunaan cara prakmatis dari persuasi dari suatu individu – individu atau suatu kelompok dalam mengkomunikasisikan dalam hal lingkungan, dan studi tentang retorika kristis atau komunikasi yang mempertanyakan diskursus yang dominan yang mendefinisikan relasi antara masyarakat dengan lingkungan sekitarnya.
2.Media and environmental journalism
Pada area studi media dan jurnalisme lingkungan ini dibahas tentang mengenai bagaimana cara media dalam memberitakan sesuatu, pengiklanan, program komersial, dan bagaimana cara jejaring internet menggambarkan keadaan alam dan masalah lingkungan. Dalam bagian studi media dan jurnalisme lingkungan ini dibahas pula bagaimana media mengatur agenda berita yang disampaikan kepada masyarakat, serta framing yang dilakukan media kepada masyarakat.
3. Public participation in environmental decision making
Partisipasi masyarakat atau public dalam pembuatan keputusan mengenai lingkunagan mulai diperhitungakan oleh institusi nasional. Dalam tahap ini dibahas bagaimana masyarakat memberi tanggapan kepada permasalahan lingkungan yang ada, serta akses mengenai informasi tentang lingkungan beserta permasalahanya.
4. Social marketing and advocacy campaigns.