Mohon tunggu...
Statistisi Berbagi
Statistisi Berbagi Mohon Tunggu... -

Berbagi dengan statistik

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Menjadikan Indonesia Tempat Ideal Bagi Para Ibu

10 Mei 2015   09:06 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:12 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14312235531135001615

Tak bisa dibantah, para ibu merupakan kunci keberlangsungan negeri ini. Pasalnya, dari merekalah generasi penerus dan para pemimpin negeri ini lahir dan dibesarkan. Tapi, apakah negeri ini sudah menjadi tempat yang ideal bagi para ibu untuk melahirkan dan membesarkan anaknya?

Jawaban dari pertanyaan tersebut bisa diperoleh dalam State of The World’s Mothers 2015 yang diluncurkan oleh lembaga non-pemerintah (NGO) Save The Children pada kamis lalu (8 Mei) dalam rangka memeringati Hari Ibu Internasional.

State of The World’s Mothers merupakan laporan tahunan yang mengevaluasi kinerja negara-negara di dunia: apakah mampu menjadi tempat yang ideal bagi para ibu untuk membesarkan anaknya. Alat evaluasi yang digunakan adalah Mothers’ Indeks, sebuah indeks komposit yang dibangun dari lima indikator, yakni  kesehatan ibu yang diukur melalui peluang seorang wanita berumur 15 tahun pada akhirnya bakal meninggal karena kasus maternal (kehamilan dan persalinan), kesejahteraan anak yang diukur melalui tingkat kematian anak berumur di bawah 5 tahun (balita), status pendidikan yang diukur melalui angka harapan lama sekolah, status ekonomi yang direpresantasikan oleh PDB per kapita, dan status politik yang diwakili oleh partisipasi kaum perempuan dalam politik nasional.

Hasil evaluasi pada tahun ini menunjukkan bahwa satu dari 30 wanita di dunia berpeluang meninggal akibat kasus-kasus yang berhubungan dengan kehamilan dan persalinan, dan tujuh dari 10 wanita di dunia bakal kehilangan seorang anak sepanjang hidup mereka. Hasil evaluasi juga memperlihatkan bahwa meskipun kesehatan ibu dan anak mengalami peningkatan secara global, kesenjangan antara negera-negara kaya dan miskin kian melebar.

Negara-negara terbaik sebagai tempat para ibu membesarkan anaknya pada tahun ini adalah Norwegia, Finlandia, dan Islandia. Sementara tempat terburuk bagi para ibu untuk membesarkan anaknya adalah negara-negara di kawasan Sub-Sahara Afrika. Dari 179 negara yang dievaluasi, Somalia, Republik Demokratik Kongo, dan Republik Afrika Tengah merupakan yang terburuk. Secara umum, negera-negara yang selama ini menjadi pusaran konflik merupakan tempat terburuk bagi para ibu menurut State of The World’s Mothers 2015.

Bagaimana dengan Indonesia? Mother’s Index 2015 menunjukkan bahwa Indonesia menempati peringkat ke-112 dari 179 negara. Itu artinya, Indonesia berada di papan tengah, bukan yang terbaik, bukan pula yang terburuk. Namun demikian, hal tersebut sejatinya memberi konfirmasi bahwa negeri ini belum menjadi tempat yang ideal bagi para ibu untuk membesarkan anaknya.

Jika dibandingkan dengan laporan pada tahun lalu, ranking Indonesia hanya naik satu peringkat. Sementara di kawasasan ASEAN, Indonesia berada di belakang Singapura (peringkat 14), Malaysia (71), Thailand (83), Vietnam (98), Filipina (105), dan Timor Leste (106). Faktanya, Indonesia hanya lebih baik dibanding Laos (128), Kamboja (132), dan Myanmar (158).

Dua hal yang mesti menjadi fokus perhatian para pemangku kebijakan di negeri ini adalah rendahnya kesehatan ibu dan kesejahteraan anak. Menurut State of The World’s Mothers 2015, satu dari 220 wanita berusia 15 tahun di negeri ini berpeluang akan meninggal karena kasus maternal. Hal ini memperlihatkan bahwa tingkat kesehatan ibu di Indonesia masih sangat rendah.  Dengan kata lain, mereka sangat berisiko meregang nyawa akibat penyebab kematian yang berhubungan dengan kehamilan dan persalinan.

Rendahnya kesehatan ibu di negeri ini juga tercermin dari tingginya angka kematian ibu. Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) pada 2012 memperlihatkan bahwa angka kematian ibu di Indonesia mencapai 359 untuk setiap 100 ribu kelahiran hidup. Karena itu, upaya serius pemerintah dalam menekan angka kematian ibu menjadi sangat krusial. Terkait hal ini, akses para ibu terhadap layanan kesehatan yang berkualitas, terutama di daerah-daerah terpencil, saat masa kehamilan dan persalinan harus ditingkatkan.

Sementara itu, angka kematian balita di Indonesia juga cukup tinggi, yakni sebesar  29,3 untuk setiap 1.000 kelahiran hidup pada 2013. Dengan angka kematian balita sebesar itu, Indonesia termasuk salah satu yang terburuk di ASEAN. Bandingkan dengan Singapura yang angka kematian balitanya hanya 2,8 per 1.000 kelahiran hidup, Malaysia 8,5 per 1.000 kelahiran hidup, Thailand 13,1 per 1.000 kelahiran hidup, dan Vietnam 23,8 per 1.000 kelahiran hidup.

Kesejahteraan balita tentu saja bertalian erat dengan kesejahteraan ibunya. Balita yang lahir dan dibesarkan oleh ibu dengan status kesejahteraan yang baik hampir dipastikan bakal memperoleh asupan gizi yang baik dan penanganan kesehatan yang maksimal dibandingkan dengan balita yang terlahir dan dibesarkan oleh ibu yang miskin. State of The World’s Mothers 2015 menunjukkan bahwa di negara-negara dengan peringkat Mothers’ Index terburuk, anak-anak yang tumbuh dalam kemiskinan lima kali lebih berpeluang mengalami kematian ketimbang anak yang dibesarkan oleh orang tua yang berkecukupan (baca: kaya).

Karena itu, di samping upaya intervensi melalui program-program yang difokuskan pada penanganan kesehatan ibu dan anak, pemerintah harus memberi perhatian lebih pada upaya peningkatan kesejahteraan kaum perempuan. Salah satu caranya adalah dengan meningkatkan akses mereka dalam memperoleh pendidikan yang berkualitas, bukan hanya pendidikan dasar tapi juga pendidikan tinggi.

Terlalu banyak hasil studi untuk menunjukkan bahwa lama bersekolah memiliki relasi yang sangat kuat dengan variabel-variabel penentu kualitas hidup, seperti pendapatan, kesehatan, dan partisipasi dalam kehidupan bermasyarakat. Selain itu, anak-anak yang dibesarkan oleh ibu yang berpendidikan umumnya juga bakal tumbuh dengan sehat dan terdidik dengan baik. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun