Hari ini muncul berita dimana-mana, krisis global di depan mata, semua orang diminta waspada. Tidak hanya itu, gejolak dalam negeri mulai dari telor hingga BBM akan memicu inflasi, seperti yang diperkirakan.Â
Namun, dibalik itu, apakah pengalaman 'survive'nya perusahaan dan instansi di masa pandemi selama ini tidak memberikan pembelajaran, dan kemampuan untuk perusahaan / instansi anda untuk lebih siap lagi ?
Maka, coba kita telaah apa saja komponen Agile Organization.Â
Pertama, punya TUJUAN, VISI dan MISI yang jelas dan detail. Seringkali dalam usaha, baik usaha kecil ataupun besar, tujuan (goals), visi (vision) dan misi (mission) ini tidak jelas. Maka tentu akan membuat organisasi akan sulit mencapai tujuannya, visi yang ingin dicapainya dan misi yang diembannya.Â
Maka pekerjaan besar anda saat ini, coba cek, apakah anda telah membuat ini lebih jelas dan detail. Tujuan bukan semata urusan uang, menjadi raksasa, tapi ada unsur kemanusiaan yang diemban.Â
Bahkan dalam usaha kecil kami dulu di tahun 2005, kami mendefisinisikan TVM kami sebagai memiliki daya (kemampuan) dengan mencipta mencapai kemandirian, maka jadilah daya cipta mandiri group hingga sekarang.Â
Kedua, punya struktur yang flat, datar saja. Mengapa? Karena semakin kompleks organisasi anda, dan dibuat jenjang yang sangat jauh, maka akan semakin sulit untuk bergerak, mengambil keputusan, dan tidak lincah (agile). Maka kami hanya membuat simple tier saja, staf - manager - direksi. Selesai. Tidak sulit ambil keputusan. Tim bekerja secara proyek. Satu proyek gabungan dari tim engineer (atau produksi), penjualan (sales) dan admin.Â
Ketiga, coba hal baru. Ini yang kadang sulit. Bila pemimpin (leader) nya malas mencoba hal baru, maka perusahaan / instansi akan sulit bergerak. Manager mau coba hal baru, mentok di direksi yang kolot. Jadi semua level, harus punya pemikiran, keep learning, keep observing, keep aware, and keep try the new thing. Inilah inovasi yang diminta terjadi. Dengan inovasi di semua level, maka semua akan memiliki kesempatan untuk bergerak secara lincah.
Dulu waktu masih bekerja di bank, ada fee atas inovasi. Sekarang ini tidak perlu lagi, semua kita bisa lihat dan mengajukan inovasi. Masalahnya apakah manajemen siap mencoba hal baru.
Keempat, semua punya kesempatan sama. Dalam pengalaman bekerja, mungkin ada unsur senioritas. Yang lebih lama bekerja merasa lebih berhak atas renumerasi yang lebih. Sekarang tidak. Semua punya kesempatan sama. Selama mereka inovatif bertanggungjawab, mereka bekerja dengan gigih, keep learning, maka semua punya kesempatan yang sama.Â