Dalam dunia GIG Economy saat ini, tidak heran lagi kita melihat banyak orang yang bisa bekerja di rumah dan dimana saja. Hanya dengan modal koneksi Internet dan laptop, mereka bisa duduk dan bekerja di mana saja. Bersyukur kepada pemerintah yang memang memiliki konsentrasi tinggi untuk menyediakan koneksi Internet di seluruh Indonesia, dengan program BAKTI, maka seharusnya koneksi Internet bisa dinikmati dimana saja. Memang masih ada banyak blank spot karena luasnya wilayah tanah air kita.Â
Tren menarik yang mulai marak di masa GIG Economy adalah mendapatkan order dari luar negeri. Saya ingat beberapa tahun lalu, dipanggil untuk konsultasi jaringan di sebuah gedung tua di pusat Jakarta. Di dalam gedung itu, ada 40-60 orang programmer yang bekerja secara onsite untuk mengerjakan program aplikasi dari luar negeri.Â
Sekarang ini sudah beda, mereka tidak harus ada di satu lokasi yang secure seperti itu, tapi mereka bisa bekerja di mana saja, karena hanya perlu koneksi Internet yang secure, atau dikenal dengan digital workspace.Â
Ini juga yang kami bahas dalam webinar kemarin, penggunaan digital workspace. Sejatinya digital workspace adalah lingkungan akses digital dimana kita bekerja secara remote ke server, serta melakukan berbagai aktifitas kita di dalam area digital tersebut. Pekerjaan ini bisa saja mengakses file yang ada di server, hingga menjalankan audio, video dan melakukan remote printing.Â
Salah satu teknologi yang telah akrab di lingkungan perusahaan dan instansi Indonesia diantaranya Citrix, Horizon dari VmWare, dan ada juga TSPlus yang kami jual. Semua ini dikenal juga dengan istilah Virtual Desktop Infrastructure (VDI). Ada juga istilah lain Desktop As A Service (DaaS). Apa bedanya?
VDI Â umumnya dikelola dan dikembangkan oleh perusahaan dan instansi, sedangkan DaaS merupakan fasilitas remote Desktop yang disediakan oleh provider (Manage Service Provider). Keduanya mengakses sumber daya (resources) yang ada di server, yang pada umumnya berupa file server ataupun aplikasi tertentu.Â
Permasalahan yang muncul terkait dengan adanya implementasi VDI atau DaaS ini secara umum adalahnya lambatnya koneksi yang ada, sehingga mengakibatkan adanya jeda (lag) , keterbatasan resources, akses file sharing, aplikasi yang belum sesuai untuk diakses, serta client device (umumnya laptop / browser yang digunakan), serta mouse-cursor yang mendadak diam.Â
Semua ini dibahas dalam webinar Monitoring Your Digital Workspace oleh DCMGroup dengan dukungan dari EGInnovation, yang dapat ditonton ulang disini.
Monitoring Digital Workspace menjadi hal yang sangat penting dalam memastikan semua infrastruktur digital workspace berfungsi dengan baik. Semua ini membantu pengguna, baik yang di dalam area kantor perusahaan / instansi, hingga yang ada di remote atau di luar kantor bisa mengakses dengan baik.Â
Dalam diskusi di kegiatan ini, kami juga menemukan banyak perusahaan dan instansi yang belum memperhatikan sizing plan atau kapasitas, sehingga diperlukan adanya load-test serta respon time test sebelum diimplementasikan secara masif. Hal ini disebut juga dengan Real User Experience, baik dilakukan dengan realtime ataupun tiruan (sintetis).Â