Mohon tunggu...
fanky christian
fanky christian Mohon Tunggu... Full Time Blogger - IT Specialist, DCMSolusi, DCMGroup, EventCerdas, StartSMEup, JesusMyCEO, IndoBitubi, 521Indonesia

IT Specialist, khususnya infrastruktur, aktif di beberapa Asosiasi IT, suka mengajar dan menulis, fokus kepada IT , enterpreneurship, content marketing. Mengembangkan Daya Cipta Mandiri Group, EventCerdas, 521Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Hybrid Work, Start With Why

6 Juni 2021   08:26 Diperbarui: 6 Juni 2021   08:31 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Worklife. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dalam bekerja secara hybrid, kita tidak akan melulu bertemu dengan tim kita, malah sebaliknya mungkin bisa menjadi sangat jarang bertemu. Seperti yang saya sampaikan di artikel sebelumnya, kunci suksesnya adalah komunikasi dua arah. Mengapa saya selalu tekankan komunikasi dua arah? Karena seringkali , karena kita adalah supervisor, manager, direksi bahkan pemilik usaha, seringkali kita merasa diri lebih superior. Dan akibatnya, hanya terjadi komunikasi satu arah. 

Maka saya harus tekankan lagi, komunikasi dua arahlah yang harus dikembangkan. Berbeda saat kita bertemu muka, mungkin saja komunikasi satu arah, dari atasan ke bawahan yang sering terjadi. Dengan hybrid work, remote work, ada komunikasi dua arah. 

Ini mengantar kita kepada apa yang harus kita tanyakan dulu ke tim kita, dan saya selalu tekankan ini, mulai dengan mengapa (Start With Why).  Mulai dari rekrutmen mereka menjadi tim kita, pertanyaan ini yang selalu saya mulai , mengapa mereka mau bergabung menjadi tim kita, tentunya mereka saya berikan waktu dulu untuk mempelajari web, sosmed dan youtube perusahaan.

Lalu berikutnya, waktu mereka diberikan pekerjaan, kita pun memancing mereka untuk selalu bertanya, mengapa? Tugas dan kewajiban yang harus mereka kerjakan, kita jelaskan. Sehingga mereka tidak hanya tahu tugasnya, tapi juga tahu mengapa harus lakukan ini dan itu.

Saat memeriksa progress pekerjaan mereka, seringkali saya pun berusaha memancing mereka untuk berpikir ini. Mengapa bisa begini, mengapa jadi begitu? Dan mereka lebih mudah menjelaskannya, dan menemukan sendiri kendala dan permasalahan yang mereka hadapi. Saya tidak banyak bertanya, saya hanya meminta penjelasan singkat mengapa begini, mengapa begitu. Apa kendalanya, dan apa solusinya. Dengan memancing seperti ini, pola pikir mereka akan terbentuk. Pola pikir mencari solusi, bukan mencari siapa yang salah. 

Saat bekerja hybrid work, remote work, dimana pertemuan hanya terjadi di saat tertentu dan melalui media video conference, maka komunikasi dua arah dengan pola pikir start with why harus selalu dikembangkan dan dilakukan. Dan ini dimulai dari diri anda, sang supervisor, manager, direktur dan pemilik perusahaan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun