Mohon tunggu...
fanky christian
fanky christian Mohon Tunggu... Full Time Blogger - IT Specialist, DCMSolusi, DCMGroup, EventCerdas, StartSMEup, JesusMyCEO, IndoBitubi, 521Indonesia

IT Specialist, khususnya infrastruktur, aktif di beberapa Asosiasi IT, suka mengajar dan menulis, fokus kepada IT , enterpreneurship, content marketing. Mengembangkan Daya Cipta Mandiri Group, EventCerdas, 521Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Worklife

HybridWork, Pemimpin Harus Rajin Mendengar

3 Juni 2021   07:35 Diperbarui: 3 Juni 2021   07:52 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Worklife. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Salah satu kendala pada saat kita mulai bekerja dalam hybridwork adalah komunikasi. Dan komunikasi ini menuntut dua arah komunikasi. 

Mungkin pada waktu kita bekerja biasa, secara normal, komunikasi tidak hanya bisa dengan suara, tapi kita bisa saling melihat 'gerak-gerik' komunikasi. Pada saat kita bekerja bergantian, bekerja dalam shift, bekerja dalam model hybrid - online dan offline, kita tidak melulu bisa saling melihat ini. 

Tapi ada yang jauh lebih penting bagi kita seorang supervisor, manager, direktur dan pemilik perusahaan, yaitu kemampuan untuk rajin mendengar. Kok rajin mendengar, bukannya cukup mendengar saja ?

Pada saat onsite, offline, kita bisa mungkin cukup mendengar saja. Tapi pada saat kita tidak saling bertemu, kita harus mencari tahu, dan berusaha, dan mendapatkan, ada aktifitas terus menerus yang harus dilakukan, dan ini disebut rajin mendengar. 

Rajin mendengar teryata adalah jurus kunci kemajuan dari usaha, terutama rajin mendengar masukan dan keluhan tim kita sendiri. Dengan mendengar kita membuka diri untuk lebih mau mengerti apa yang mereka rasakan. 

Sekarang bukan jamannya lagi, YES BOS. Tapi kita pun harus berusaha mengerti mereka, dan ini lah seninya mendengar. Fokus kita tidak lagi membuat karyawan menjadi YES BOS, tapi sebaliknya, mengembangkan kemampuan mereka untuk menjadi leader. Tidak semua usaha bisa kita lakukan sendiri, dan kita pasti perlu mereka sebagai tim kita.

Bila kita ingin membangun tim kuat, kita harus sampingkan ego kita. Dan ego ini dimulai dengan kemampuan mendengar. Dengan mendengar mereka, kita akan menjadi lebih baik memperlakukan mereka. 

Belajarlah dari pengalaman Nokia, Blackberry, Kodak yang mungkin para pemimpinnya tidak mau mendengar apa yang disampaikan. Mereka sibuk dalam tim kecil hebat mereka, padahal tim lain, karyawan pada umumnya melihat banyak hal di luar perusahaan. 

Sudah saatnya, para pemimpin seperti anda, menguasai Memimpin dengan Mendengar. Dan ini tidak sulit, hanya anda perlu sediakan waktu untuk mendengar, semakin anda rajin mendengar, anda akan semakin menguasai mereka dengan baik, tanpa harus dipaksa. Meskipun dalam suasana kerja hybrid, kemampuan mendengar mereka pun harus tetap dikembangkan dan dijaga.

Selamat Rajin Mendengar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun