Mohon tunggu...
Naufal Cahyo
Naufal Cahyo Mohon Tunggu... Mahasiswa - Hanya seorang mahasiswa biasa yang dapat dijumpai dimana saja

Mahasiswa Teknologi Informasi UNISA angkatan 2020 yang aktif dalam beberapa komunitas game

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sosok di Balik Edukasi Covid-19

29 Juni 2021   16:36 Diperbarui: 29 Juni 2021   17:33 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kurang lebih satu tahun dan enam bulan yang lalu, sebuah wabah yang datang entah dari mana menggemparkan seluruh dunia. Wabah ini mengakibatkan pandemi yang sampai saat ini belum juga berakhir. Dua bulan setelah pandemi ini heboh diperbincangkan karena korban yang ditimbulkan sangat banyak dan penyebarannya yang begitu cepat, wabah ini sampai ke Indonesia. Warga dan pemerintah yang tanpa persiapan maupun upaya pencegahan pun dibuat ketar-ketir karenanya. Informasi yang simpang-siur pun tak terelakan. Masyarakat dibuat bingung karena sulit membedakan mana informasi yang benar, dan mana informasi yang salah. Masyarakat bahkan acuh tak acuh terhadap kondisi ini.

Mengapa demikian? Mereka lebih memikirkan untuk mencari rupiah demi sesuap nasi daripada menyelesaikan pandemi ini. "Itu kan urusan pemerintah.", "Nggak ada corona di Indonesia. Kalaupun ada toh saya masih sehat-sehat aja.", "Saya nggak dapet bantuan dari pemerintah, kalo nggak kerja nggak ada duit. Mau ada pandemilah apalah selama pekerjaan saya halal, saya tetep lanjutkan." Kurang lebih begitu respon masyarakat. Ketidaksiapan pemerintah dalam menghadapi pandemi ini menuai banyak tanggapan dari warganet. Tidak jarang warganet beradu argumen mengenai hal ini tanpa memedulikan perkataannya benar atau salah karena merasa dirinya paling benar dan 'penduduk' warganet berasal dari berbagai macam kalangan. Hal ini tentu saja berbahaya karena dapat menebarkan isu-isu yang tidak jelas atau hoax yang kemudian dapat membuat berbagai macam kesalahpahaman.

Di tengah-tengah kehebohan yang terjadi, ada satu sosok yang menarik perhatian saya. Beliau adalah Dr. Tirta Mandira Hudhi atau biasa juga dipanggil dengan nama Cipeng. Mengapa sosok beliau menarik perhatian saya? Karena cara edukasi yang beliau lakukan benar-benar unik. Biasanya, ketika kita melihat video edukasi/menerima sebuah materi pelajaran, orang yang menyampaikan cenderung tenang dan menyampaikan materi dengan "membosankan". Namun, lain halnya ketika Dr. Tirta menyampaikan suatu materi atau memberi edukasi. Beliau cenderung ngegas ketika menyampaikannya. Ngegas disini bukan berarti marah-marah layaknya seorang boss yang melihat suatu kesalahan yang dilakukan anak buahnya, melainkan seperti mahasiswa yang mengkritisi suatu kebijakan yang janggal. Keras, namun tidak kasar. Alhasil, cara penyampaian beliau yang unik ini menuai banyak perhatian dari warganet.

Lalu sebenarnya siapakah Dr. Tirta itu? Beliau adalah seorang lulusan dari Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada (2009-2013) yang sekarang aktif sebagai influencer edukasi masalah kesehatan dan ekonomi mikro, melakukan praktek pada beberapa rumah sakit, juga menjalankan bisnis Shoes and Care yang beliau mulai pada masa kuliahnya. Jika masih penasaran dengan sosok beliau yang begitu nyentrik, beliau aktif di beberapa platform social media seperti Instagram @dr.tirta atau Twitter @tirta_hudhi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun