Sekitar 6 bulan yang lalu kedua orang tua saya menggunakan handphone dengan fasilitas lumayan untuk terkoneksi dengan social network. Awalnya saya pikir "mungkin mau reuni dengan teman-temannya", tidak ada pikiran apapun dengan keterkaitan mereka bersama social network. Malahan saya senang karena orang tua saya tidak ketinggalan jaman dan mampu memahami kecanggihan teknologi juga perubahan yang menempa modern ini.
Tapi ternyata keadaan tersebut membuat saya kini berpikir dua kali melihat tingkah laku juga pembuatan status oleh kedua orang tua saya. beberapa kali tidak saya gubris ternyata kelamaan saya sadar bahwa orang tua saya kembali menjadi anak muda yang status updatenya dikomentar oleh teman-temannya dengan jawaban "alay".
Saya jadi bingung, apa sedang puberkah? atau sedang mengalami senangnya menjadi terkenal di social network ya orang tua saya?. Repotnya saya adalah ketika tidak tahu harus menggunakan suatu barang atau petunjuk penggunaan social network, kedua orang tua saya akan menaikkan volume suaranya kepada saya ( nasib anak mesti tahu apapun ).
Bahkan sekarang ini mereka sering mengomentari status-status buatan saya, sehingga saya pikir tidak ada privasi walaupun apa saja yang dikeluarkan pada social network akhirnya menjadi kepemilikan publik. setidaknya, saya bisa sedikit curhat lega ataupun sedikit pula mengeluarkan unek-unek di social network tapi sedikit terhambat karena takut untuk dikomentari atau juga diperingati. Bagi saya tidak perlu ada parental advisor di komputer saya karena cukup orang tua saya berada di social network mereka sudah menjadi bagian tersebut. Demikian adalah cerita singkat dari orangtua saya dan jejaring sosial. :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H