Mohon tunggu...
Waritsa Asri
Waritsa Asri Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

ku ingin menjadi penulis buku fiksi baik ... :-D ku ingin menyuarakan suara yang tak bisa ku keluarkan...:-D ku ingin segala tulisku terbaca....:-D

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Reaksi Itu Bebas Asal Bertanggung Jawab!

23 Maret 2012   01:30 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:36 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya memiliki pengalaman sebagai mahasiswi  yang membuat saya berpikir dua kali dan menyadari betapa sulitnya untuk bernapas barang sekejap dilingkungan sosial.

Sebenarnya kejadian demi kejadian itu hadir untuk mendewasakan saya juga beberapa sahabat saya, hanya saja bagaimana bila kejadiannya dikarenakan orang dewasa yang seharusnya menjadi panutan juga idola kami malah menusuk kami dari belakang? contoh macam apa yang harus kami tekuni?

Saya selaku kaum muda yang ingin dunia itu berbentuk statis juga dinamis terbentur oleh permasalahan pengekangan tentang etika bereaksi atas ketidakadilan. bukankah reaksi itu boleh siapa saja? boleh pula bebas berpendapat? saya pula bebas bukan untuk menyatakan kekecewaan dibanding terus bersembunyi di tempat ternyaman dan menerima begitu saja tindak ketidakadilan sepihak?

Mungkin sampai saat ini, untuk membuat dunia itu statis juga dinamis belum bisa saya tunjukkan dengan pengabdian dan penghargaan yang bernilai fantastis. tapi, saya menyadari bahwa ada sesuatu yang salah dengan orang-orang diatas yaitu mereka yang mengatakan diri sebagai orang dewasa hidup lebih lama mengabdi lebih lama di tempat mereka hingga jangan pernah mengusik ataupun mencela mereka yang lebih mengerti tentang seluk beluk tempat tinggal tersebut.

Tingkat kekecewaan saya muncul dengan rasa malu dan akhirnya saya ber-istigfar juga menyandar pada yang Allah. Bagaimana mereka yang merasa senior bisa bertahan selama ini karena mereka sendiri yang membentuk juga saling menguatkan dengan menusuk sesama dari belakang masing-masing mereka sendiri? bukankah sedikit kejam melihat kenyataan dengan senyum palsu? bagaimana mereka bisa terus tertawa tapi saling menusuk dari belakang?

Faktor penyebab kenapa saya menuliskan demikian dikarenakan salah seorang dari mereka yang diseniorkan secara tidak langsung mengekang bentuk reaksi bebas saya disaat ketidakadilan itu muncul. Harus menjaga etika? bukankah yang terpenting tidak mengandung SARA? karena menurut saya masih banyak toh yang tong kosong banyak bunyinya? menyesal tentu tidak! saya membuat bentuk kelompok yang intinya membagi informasi malah dibilang pergerakan. sadarkah mereka yang diseniorkan bahwa kami tidak memiliki wadah dan hanya bisa menunggu informasi tanpa kejelasan juga belum tentu semua mendapatkannya dengan porsi sama seperti seharusnya?

Mereka yang diseniorkan secara tidak langsung takut dengan kami yang memiliki niat baik juga berinisiatif mengisi kekurangan mereka. tidak melulu mereka yang diseniorkan selalu benar, tidak membuka cakrawala pengetahuan akan keilmuan yang semakin baru juga modern.

Hingga saat ini hanya kekecewaan yang bisa saya ungkapkan dan itu tidak semua dengan bentuk tulisan ini, saya hanya bisa menunggu sampai waktunya meraih mimpi tetapi dengan berbenturan mereka yang diseniorkan. etika tentu saya tahu, dan reaksi tentu dipertanggung jawabkan, bukankah Klarifikasi itu penting dikeluarkan dibanding memberikan pernyataan simpang siur sampai memanggil satu sahabat kami untuk intervensi secara tidak langsung.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun