Mohon tunggu...
Stanley Wijaya
Stanley Wijaya Mohon Tunggu... -

Hai, saya Stanley Wijaya | Duta IM3 2013 | Butuh juri buat lomba blog? Hubungi twitter | "Kesempatan hanya sekali, kalau uang bisa dicari"

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Love and The Time

30 Oktober 2013   19:36 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:49 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Hingga akhirnya semua berubah, butiran-butiran itu mewarnai pagi, mewarnai hari dan langkahnya. Tanpa disadari bahwa butiran yang ia bawa itu, justru merusak kehidupannya dari belakang, ah apalah itu..

Hingga akhirnya, butiran-butiran itu memisah. Mereka sudah tak selaras lagi. Semua tak lagi sadar, semua tak lagi bersama. Bahkan tak ada yang abadi. Dan ketika butiran itu menghilang, semua tampak bingung, berusaha untuk mengembalikannya, tapi tak bisa. Butiran itu tak diperhatikan ketika disekitar, tetapi ketika sudah menghilang, semua turut merasakannya. Hingga butiran itu perlahan menghilang.”

Dengan kotak yang dibawanya, Sugo terus berjalan menuju singgahan hatinya. Setapak demi setapak jalan ia melangkahkan kakinya mendekat.

“Selamat natal Rena!!”, ucap Sugo sambil memberikan salam pada Rena.

Rena pun membalas salam itu. Kedua tangan itupun menyatu,. Hangatnya tangan Rena dan kulitnya yang halus mewakili dan menambah keyakinan Sugo pada Rena

“Iya, terima kasih banyak”, jawab Rena perlahan sambil tersenyum kecil, menunjukkan sifatnya yang pemalu.

“Bisa minta tolong?”, pinta Sugo ada perempuan 16 tahun itu.

“Haa?”, jawab Rena agak kebingungan.

“Tolong terima hadiah ini ya..”, kata Sugo sambil memberikan hadiah itu kepada Rena. Semua sontak tak berperan. Saat itu, dunia itu hanya miliki mereka berdua.

Sesampainya di rumah, Rena sesegera mungkin membuka hadiah itu. 1000 origami bintang dan sebuah boneka putih yang menjadi isi kotak itu. Kenangan, ya kenangan yang mulai terjalin diantara mereka. Cinta ini mulai tumbuh diantara mereka. Menyeruakkan kata hati, cinta dan kasih sayang yang mulai mewakili berbinarnya hari-hari dua sejoli ini.

Deruan kata cinta mulai bersemi. Rena dan Sugo tampak menjadi pasangan yang sempurna. Romantisme mulai ada di tiap langkah mereka. Komitmen mereka, hingga jenjang pernikahan nanti sudah mulai mereka rancang, walau sebenarnya hal itu masih lama terjadi.

Mulai saat itu, Sugo dan Rena pun selalu bersama. Bahkan mereka seringkali terlihat berdua di acara apapun. Sugo juga selalu merasakan getaran cinta dengan Rena. Ia selalu berusaha meyakinkan Rena, agar selalu dekatnya. Apapun akan Sugo lakukan supaya ia bersama Rena.

“Jangan tinggalkan aku Rena! Jangan pernah tinggalkan aku…Aku tak bisa bila harus jauh darimu”, ucap Sugo pada Rena.

“Iya Sugo, aku takkan pernah meninggalkanmu”, kata Rena sambil memeluk Sugo.

“Ini Rena, hadiah untukmu. Hari ini kan hari ulang tahunmu Ren..”, kata Sugo pada Rena sambil memberikan hadiah ulang tahun itu pada Rena.

“Terima kasih Sugo, aku terharu. Terima kasih atas hadiah yang kau berikan. Ini adalah boneka yang aku suka. Bagaimana kamu mendapatkannya, Sugo? Oh, aku semakin sayang kamu, Sugo”, kata Rena terharu sambil menitikkan air matanya perlahan tak tertahan.

“Sudahlah Rena, jangan nangis dong..”, canda Sugo sambil mengusap air mata Rena yang masih mengalir.

“Makasih banget ya, aku bingung mau berkata apa. Kamu memang the best Sugo, aku berharapkamu bisa jadi yang pertama dan terakhir denganku”, kata Rena sambil tersenyum.

“Iya, aku juga berharap demikian Rena”, Sugo menjawab.

Walau demikian, Sugo tak menuntut apapun. Renalah yang Sugo inginkan, cintanya, ya cintanya yang Sugo harapkan, tidak lebih. Sugo tertarik pada Rena mulai dari pandangan pertama. Siapa sangka? Wanita yang diidam-idamkan Sugo ternyata bisa dekat dengannya saat ini. Sugo juga seringkali meminta Rena agar tidak membalas hadiah pemberiannya.

Rena tak mempedulikan hal itu. Yang ia pikirkan hanyalah bagaimana dirinya dapat membalas kebaikan Sugo, laki-laki yang ia sayangi. Lagi pula hal itu tak terlalu berat, Rena juga sudah menpersiapkan kado jauh-jauh hari. Sudah jauh hari, Rena menabung untuk Sugo yang berulang tahun bulan depan. Ia hanya ingin memberikan yang terbak untuk kekasihnya itu.

Hari itu pun tiba, hari dimana Sugo berulang tahun. Rena telah mempersiapkan segalanya untuk Sugo dan seperti biasa Rena meminta Sugo untuk menunggunya di halaman belakang sepulang sekolah.

“Sugo, ini untukmu…”, kata Rena sambil memberikan kado berlapis merah itu pada Sugo.

“Oh iya, terima kasih Rena..”, jawab Sugo perlahan dan tak bisa berkata-kata.

“Aku pergi dulu ya Sugo, aku ada urusan penting..”, ucap Rena singkat lalu meninggalkan Sugo.

Mungkin apa kata angin, Sugo agak kecewa dengan Rena. Wanita yang dicintainya lebih mengutamakan urusan lainnya dibandingkan memberikan kado tersebut secara romantis dari hatinya. Namun, Sugo tetap berpikir positif. Ia sudah bahagia karena Rena berinisiatif memberinya kado.

“Tak apalah, aku hargai. Mungkin urusanna benar-benar penting dariku. Aku harus memahaminya, karena aku sayang dia”, ucap Sugo dalam hati. Walaupun karena hal tadi, Sugo tetap berusaha bersikap seperti biasanya.

Awalnya, semua tampak lancar, namun tak ada yang tahu. Halangan yang besar siap menghantam mereka.

Rena semakin sibuk dengan urusannya, entah apa itu. Sugo mencoba memahami Rena dengan selalu hadir dikala apapun Rena ada. Namun hal itu tidak diperhatikan oleh Rena. Wanita itu dengan mudahnya tak merasakan kehadiran Sugo di dekatnya, laki-laki yang selama ini ia cintai mulai terjauhkan oleh hantaman sang waktu. Bahkan, Rena juga tak segan menjauhi Sugo karena merasa diganggu olehnya.

“Sugo, sudahlah. Tolong jauhi aku sebentar, aku masih sibuk Sugo. Jangan ganggu aku dulu..”, kata Rena ketus.

Sugo pun kaget, lalu dengan cepat ia menundukkan kepalanya dan berkata,

“Iya maafRena, maaf aku mengganggumu. Aku hanya berusaha membantumu. Aku tak ingin kamu sakit karena telalu memaksakan diri. Aku ingin kamu menjaga dirimu..”, kata Sugo sambil meninggalkan Rena.

Kala fajar di taman itu, Sugo duduk diatas hijaunya rumput dan embun pagi yang masih tersisa. Gemerisik dedaunan yang mulai mongering terdengar. Sugo, pemuda itu kian mendalami hari-harinya. Mengingat hari-harinya bersama Rena yang ia lalui bersama. Kenangan itu, kenangan yang mungkin tak pernah terlupakan bagi dirinya. 2 tahun mereka bersama, mengucap suatu kata yang tak pernah terbagi oleh apapun, mengukir suatu kenangan yang tak terlupakan. Awalnya, semua tampak indah, tampak selaras, dan tampak senada. Namun seiring bertambahnya waktu, Rena mulai melupakan butiran kata yang ia ucapkan bersama Sugo.Waktu, hambatan terbesar mereka. Seolah waktu tak memberi kesempatan bagi dua hati. Hingga taka da sedikitpun kata-kata yang terucap dalam komunikasi. Semua tampak berbeda, Rena mulai terbuai oleh waktu.

Tak terasa hari-harinya mulai berat. Yang ia lakukan hanyalah memandangi hadiah pemberiannya, memeluknya dan merasa dekat dengannya. Sugo tampak termenung, apa yang menyebabkan kekasihnya itu berubah. Perhatian yang biasanya tampak terbentuk, kini mulai perlahan terkikis. Ya waktu yang mengubah semua ini. Bahkan semua tak ada yang menjadi abadi. Harta cinta yang mereka bangun bersama, juga turut hilang, hilang tersapu oleh sang waktu.

Fajar itu mulai naik ke singgasananya. Suasana yang seharusnya panas, tiba-tiba menjadi gelap dengan rintikan hujan yang mulai membasahi bumi. Seakan mewakili perasaan Sugo yang mulai keropos karena tersakiti.

Sugo selalu memikirkan Rena. Tak ada yang berubah, ia masih tetap sama. Matanya yang indah dan pipinya yang selalu kuamati. Hanya saja sikapnya yang berubah, ia bukan Rena yang dulu lagi.

“Akankah ini bertahan, bertahan dalam gempuran waktu yang bisa mengubah segalanya?”, kata hati Sugo membahas semua masalah yang ada.

Mungkin butuh waktu bagi Rena untuk menyadari semua ini. Juga butuh kursus merangkai kata yang tak menyinggung hati Rena. Sugo tak ingin menyakiti Rena, ia sungguh mencintainya. Namun, cinta tak harus memiliki. Inilah yang terbaik. Dalam hidup harus mencari sesuatu yang terbaik untuk masa depan mereka nantinya. Sugo harus merelakan cintanya demi Rena, orang yang ia sayangi. Biarlah ia berkonsentrasi dengan kesibukannya. Biarlah kepekaan yang berbicara, menyulam dan mengikat cinta nantinya.

Bertahun-tahun, puluhan bulan, ribuan hari. Sugo menjalani waktu sendiri dalam sudut kegelapan dunia in. Bagai tak punya pegangan hidup, namun ia terus berjuang di gairah hidup yang telah padam.

Lagi pula, Sugo juga sudah merancang masa depannya. Ia punya sejuta rencana besar dan impian yang harus ia gapai. Masih ada kesempatan bagi mereka untuk bersatu kembali. Merajut cinta yang pernah mereka jalin bersama. Mengikat janji, menjalin cinta, menghabiskan sisa waktu mereka bersama. Dengan semua apa yang ada. Cinta hanya butuh waktu untuk saling mengerti dan memahami. Biarlah cinta bertumbuh dewasa, cinta tak pernah jatuh, cinta selalu bertumbuh.

“..biarlah butiran-butiran itu hilang dan tak kembali lagi. Tak ada seseorang yang dapat mengetahuinya. Biarlah itu menjadi misteri Tuhan, mereka hanya dapat menjalankannya..”

THE END

By : STANLEY WIJAYA

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun