Orangtua pasti menginginkan anak-anaknya sukses meraih cita-cita. Namun, tidak semudah membalik telapak tangan. Lika-likunya merajut, tak semulus dan selurus jalan tol bebas hambatan.
Logika tak mampu kejar semangat. Beda zaman dan usia, tak wajibkan anak miliki pola pandang sama. Maunya ini, itu dan apa saja, sejauh itu baik bagi anak, merangsang otak berpikir lebih keras.
Bapakmu, satu diantara banyak bapak penghuni bumi. Tak mau disalahkan sebagai bapak yang tak mampu dan tak mau. Terkadang harus sedikit berbohong, siap memenuhi apa keinginan anak, utamanya bagi kebaikan.
Bohong diucapkan, jujur semangat di tekad hati, berpacu mencari semangat motivasi mewujudnyatakan cita-cita anak.
Episode salah satu kisah dramatis, anak bertanya, waktu di telpon tak mau membalas jawab. Alasannya sedang sibuk atau sinyal sulit. Jujur saja, HP bapak sementara dijual, waktu itu, buat ongkos ke luar kota, janji sama kawan yang bersedia meminjamkan uang nganggur-nya. Bohongnya bapak, yang sedikit, untuk menutupi biaya kuliahmu, dan tak mau menyurutkan cita-citamu!
Bohong yang baik, dan anggun, tidak merugikan orang lain, merupakan upaya mencari dalih pembenaran. Sejarah perlu diungkap, meski tidak sepenuhnya benar. Petiklah semangat kebaikannya, dan tidak seharusnya patut ditiru, kecuali terpaksa! (jk)
Bandung, 10 Jan 2016
Catatam : Ilustrasi Mural di Tamansari Bandung, 2015.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H