Hemat energinya, membaca koran pastinya lebih unggul, cuma satu panca indra saja, tapi sensasinya punya kelebihan masing-masing yang sulit dibandingkan. Energi listriknya pun lebih hemat, membaca ditemani lampu hanya sesekali saja bila diperlukan.
![Sumber : www.chinchillanews.com.au](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/07/24/kps-v3imagesbin4ff3d7a364d61c2dec1d00b130646c7e-2kxs7tt8nnsre283ju2-copy-5f1abd64097f362dc7373603.jpg?t=o&v=555)
Kesibukan kawan memang padat, sepulang kerja pikirannya lelah, dan tak ada minat lagi menyimak berita koran. Istrinya pun mirip, sibuknya mengurus anak yang sibuk bimbingan belajar telah membuyarkan semangatnya membaca. Konsumsi info dan berita, telah cukup memberi kemewahan dengan gambar-gambar bergerak dan warna-warninya, dari gadget dan TV pintarnya. Mau apa lagi?
Tayangan info-info dan berita, bisa saja mencapai status seimbangnya antara koran dan media gadget, televisi. Keduanya memiliki sensasi yang berbeda dengan segala kelebihan dan kekurangannya.
Salah satu kenikmatan membaca koran, ada jeda waktu luang untuk mencerna lebih dalam tentang sebuah pemaknaan. Lebih mudah diulang, dan direnungkan sesuai kehendak.
Terlepas dari itu semua, koran telah memiliki pembaca setianya, dengan sensasi yang tak bisa dijelaskan lebih lugas. Namun, dengan adaptasi baru, masih ada harapan untuk lebih eksis memanjakan pelanggannya.
Sejatinya, tiap masa memiliki kehebatannya sendiri, utamanya perlu menyesuaikan dengan kebutuhan pelanggan, termasuk pembaca koran.
Bandung, 24 Juli 2020