Tak berlebihan, bila kakek-nenek jauh lebih sayang cucu-cucunya daripada anak-anaknya sendiri. Bahkan sang cucu sering merasa diistimewakan, jauh dari perlakuan ayah-ibunya yang suka marah-marah karena lelah dan sibuk bekerja.
Tak jarang kakek-neneknya kembali jadi bayi, dalam artian bermain, joged dan bernyanyi, bersama cucunya tanpa malu-malu dan menjauhi gengsi.
Kakek-nenek pastinya merasa kembali muda, karena nostalgia semirip peristiwa di awal-awal tahun pernikahannya, bahagia bersama anak-istri tercinta.
Ada saatnya, dan pasti, ketika disadari bahwa anak-anak kecil yang diajaknya bermain itu bukanlah anak-anaknya melainkan cucu, yang memberikan pertanda.
Lagi-lagi ternyata, disadari bahwa ada saatnya bertemu, dan ada saatnya berpisah. Kehidupan silih berganti, kehadiran cucu merupakan tanda bahwa umur tak bisa dimudakan. Bila saatnya tiba, yang hidup akan kembali menghadap-Nya, dan siklus anak-cucu akan mengikuti alurnya hingga akhir dunia.
Bandung, 08 Juli 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H