Mulanya biasa saja! Nyaris tak punya kawan, dan membiarkan tulisan yang baru tayang di Kompasiana mengikuti nasibnya. Satu-dua ada yang singgah, bisa jadi kebetulan, kemudian lenyap ditelan rimba persaingan.
Kompasiana itu media hebat lho, dikembangkan oleh Kompas Cyber Media, sejak tahun 2008, dengan 355 Ribu penulis dan 300 artikel per harinya. Setiap konten, yang berupa artikel, foto, dan komentar, ditayangkan langsung oleh Pengguna Internet yang telah memiliki Akun Kompasiana.
Menjadi penulis Kompasiana, atau Kompasianer, ternyata harus rendah hati, ramah dan rajin menabung.
Rendah hati, tak boleh merasa paling hebat, paling senior dan paling-paling lainnya.
Budaya Kompasiana, begitulah yang teramati, kebiasaan saling berkunjung, menyiratkan perhatian terhadap kawan-kawan penulis tanpa kecuali.
Kesiapan menerima apa adanya, tak melemahkan semangat, menjadi bukti bahwa  kehadiran kita justru memberikan dorongan dan siap berbagi.
Jangan lupa tinggalkan jejak, agar pemilik akun boleh mengucapkan terimakasih, dan melanjutkan komunikasi bila perlu.
Sebaiknya tidak pergi begitu saja, setelah membaca artikelnya, dan cobalah memberi nilai. Bila ada waktu, atau merasa ingin berbagi, silahkan berkomentar dalam suasana hangat dan bersahabat.
Komentar yang baik haruslah ramah, menggunakan bahasa yang jujur, dan tidak menyakiti, setelah kita menyimak apa yang dibahas.
Selipkan humor, saat melontarkan ungkapan, dan sebut namanya. Tak ada ruginya membuat orang lain senang, bisa jadi rindu bila kita tak menyapa.
Kawan akan mengingat kita sebagai pribadi yang ambyar, tak melelahkan bila diajak diskusi. Apalagi nama kawan kita disebut-sebut dalam komentar, pastinya ada kedekatan psikis, dan kita pun akan merasakan hal yang sama.