World Water Day atau Hari Air Sedunia, 22 Maret 2020, hadir di kancah berkecamuknya Covid-19. Air merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia, meski harus hemat dan efektif penggunaannya.
Peringatan hari air sedunia yang dicanangkan oleh PBB (1992), dan dimulai sejak tahun 1993 dengan tujuan supaya masyarakat di dunia memberi dukungan dalam konservasi air dengan cara mengurangi penggunaan air keran yang berlebihan.
Tema Hari Air Sedunia ke -- 28, tahun 2020 adalah "Water and Climate Change" yang diaplikasikan ke dalam tema nasional yaitu Air dan Perubahan Iklim.
Perubahan iklim menjadi salah satu faktor masalah lingkungan hidup dan mengancam kelanjutan sistem penyangga kehidupan di bumi, dengan berkurangnya ketersediaan sumber daya air untuk kelangsungan hidup.
Polusi udara yang berlebihan akibat ulah manusia, seperti penggundulan hutan, serta bertumbuh pesatnya industri-industri dan aktifitas lainnya menghasilkan gas-gas rumah kaca, seperti carbondioksida (CO2), metana (CH4), klorofluorokarbon (CFC), dinitrogen oksida (N2O), dan ozon (O3).
Seharusnya, gas-gas rumah kaca dapat dikurangi agar tidak terbang tinggi membentuk lapisan rumah kaca di atmosfer. Sebagian bisa ditahan dengan cara penyerapan gas oleh pepohonan di hutan atau di lingkungan pemukiman, meski nyatanya gundul atau tak tersedia.
Dampak luas yang terjadi, lapisan rumah kaca akan menahan sebagian besar panas bumi yang diberikan oleh pancaran sinar matahari. Akibatnya, bumi semakin panas dan terjadilah perubahan iklim, yang akan menyebabkan banyak air di bumi menguap ke udara.
Tak kalah pentingnya pepohonan, khususnya pohon-pohon besar, sangat besar andilnya dalam menyimpan air pada akar-akarnya, juga daunnya mampu menyerap gas-gas rumah kaca dan mengubahnya menjadi udara beroksigen yang segar dan sehat.
Pesannya masih relevan, harus berhemat air, apalagi di saat perlu air untuk cuci tangan pakai sabun, menghadapi Covid-19, dan pentingnya hidup sehat dan menjaganya.