Menyeruak lincah berpikir, ketika saatnya pagi, dua kakak beradik usia TK dan SD Kelas 3, dibonceng sepeda motor ayahnya ke sekolah. Celoteh mereka, anak-anak tetangga depan rumah, merdu terngiang, hingga teringat tumbuh-kembangnya. Waktu telah membesarkan anak-anak, sekaligus menuakan orang-orang dewasa.
Pengurus RT-pun begitu, dulunya banyak dijabat bapak-ibunya, dan kini telah digantikan anak-anak muda yang lebih energik dan kreatif. Maklumlah, penghuni terlama kompleks perumahan, telah berdiam lebih dari 35 tahun.
Ketika jumpa beberapa keponakan di sebuah pertemuan keluarga, banyak di antaranya telah berbuah keturunan. Tak semuanya berwajah ceria, beban hidupnya mungkin terlalu berat, berbeda dengan anak-anaknya atau cucu keponakan yang lincah menggeliat.
Fenomena ternyatakan, ketika saatnya makan siang, banyak kawan-kawan sekerja yang merasa berbeda level, dan tak mau berakrab-akrab.Â
Rupanya waktu telah beranjak, dan mereka merasa lebih yunior untuk sekadar berbincang santai. Kita-kita yang lebih senior, seperti angkuh tak mau didekati, padahal sangat merindukan diajak ngobrol.
Mengukur yang terlihat, dari sudut pandang pribadi, terkadang tak mewakili apa yang sebenarnya terjadi. Kita pun bila kurang menakar diri, tak menyadari sejauh mana perjalanan yang telah ditempuh.
Yang kecil bertambah umur, yang besar bertambah dewasa, dan yang tua semakin renta. Begitulah kehidupan, tempat tinggal kita pun bersilih-ganti di bumi ini. Ada saatnya menetap, dan ada saatnya pergi meninggalkan segalanya di dunia ini. Sekadar numpang dan menjaga titipan diri dari yang empu-Nya.
Selagi masih ada waktu, saatnya buat diri ini melakukan yang terbaik. Menjaga, agar bila tiba waktunya, semua telah siap menghadap-Nya. Menua itu pasti, bijaksana bersikap belumlah tentu.
Bandung, 15 Nopember 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H