Beda pandang antara anak dan orangtua, di lahan hidup keseharian, nampaknya biasa terjadi. Masa pensiun, di angan orangtua yang ingin pulang kampung, tak sejalan, karena anak punya dunianya sendiri.
Hidup itu identik dengan apa yang dialami, dipikirkan dan diingati seorang anak. Anak seorang kawan, nyatanya merasa terasing ketika berkunjung ke desa bapak-ibunya. Segelintir kawan di desa tak membuatnya nyaman hati, karena bayang-bayang kawan sekolah, dan seputar rumah, melekat kuat dalam ingatan anak.
Seorang anak merasa nyaman di rumahnya sendiri, tak ada dunia lain selain rumah, dan kepergian ke tempat lain seperti di kampung halaman orangtua, hanya semata jalan-jalan.
Karenanya, alam bawah sadar selalu mengungkap rasa ingin pulang, dan berjumpa kembali dengan kawan-kawan sekolah dan sepermainannya. Hal berbeda, jika anak-anak dikenalkan dan tinggal lama di kampung, akan mampu merajut kenangan-kenangan manis mengikat.
Bahagianya orangtua, ketika bersama, kembali ke kampung halaman, pastinya dirasakan penuh. Namun, sekali lagi bukannya menetap lama, karena anak akan merasa tersiksa berlama-lama di kampung.
Konflik hati, antara orangtua dan anak, terjadi serupa di beberapa kisah kawan. Ketika orangtua berbangga hati, bekalnya cukup untuk membuka kios serba ada, dan ingin pulang, nyatanya tak disikapi positif anak-anaknya. Kasusnya, berlaku bagi anak-anak yang masih dalam usia sekolah, sedangkan bila anak-anaknya yang sudah berkeluarga, pastinya memisahkan tempat tinggalnya.
Seorang anak yang sudah terbiasa tinggal di kota, akan menolak bila orangtuanya mengajak tinggal di kampung halaman. Di kampung, kehidupan anak seolah tercabut dari dunia kesehariannnya.
Sayangnya, dikarenakan faktor ekonomi, dan jarak, jarang pulang kampung menyebabkan anak-anak terasing bila harus tinggal bersama orangtua di kampung halaman. Telah nyata terbukti, ketika tabungan sudah cukup, dan orangtua mengajaknya tinggal di kampung, anak-anak lebih banyak menolaknya.
Solusi, bila ingin orangtua menghabiskan masa tuanya di kampung, dan masih punya anak-anak usia sekolah, hendaknya mulai menabung ingatan, dan membangun manisnya nostalgia. Jangan abai, ajak anak-anak lebih sering pulang kampung. Semuanya dimaksud agar ketika tiba waktunya harus pulang, anak-anak dengan senang hati menyetujuinya.
Bandung, 01 Nov 2019