Entah abai atau sibuk, nyatanya banyak kawan telah menjadi tua. Bukannya jarang bersua, tetapi waktu telah menuntaskan tugasnya sesuai putaran. Biarkan waktu berlalu, kita pun bebas bersikap, menjadi orang yang bermanfaat ataukah terbuang.
Mau diputar-balik atau didiamkan, satu hari 24 jam, satu jam 60 menit, dan satu menit tetap 60 detik.
Sang waktu tak mau rugi, tak bisa diajak kompromi, semisal kita sedang malas dan berkehendak jarumnya bergerak lambat.
Kita-kita yang malas, tak kreatif dan tak berdaya pastinya akan tertinggal jauh kawan-kawan yang bersemangat dan energik. Waktu terlampaui yang sama, 1 hari, satu bulan atau berbilang tahun, ada bedanya pasti.
Kawan-kawan yang hebat mencuat, memetik manis hasil jerih payah dalam kurun waktunya, sementara kita yang leyeh-leyeh tak berdaya karena memaknai waktu, akan memetik buah pahitnya.
Tersisih dengan sendirinya, perjalanan waktu telah mendekati tua, hingga kita menyadari bahwa semuanya telah terlambat.
Paling mungkin, beberapa kawan yang bersemangat akan mengingatkan bahwa tidak selayaknya kita membuang waktu percuma. Namun, hukum alam secara lambat tapi pasti akan mengabaikan orang-orang beku, bergeming memanjakan kemalasannya.
Marah dan kecewa, tulisan berkualitas, pendapat diri, tak mampu memaksa pembaca untuk berkunjung. Membiarkan waktu berlalu, enggan menulis lagi karena sering diacuhkan, ternyata salah jalan.
Kawan-kawan yang konsisten menulis, di Kompasiana, ternyata menuai hasil, diakui banyak pembaca, menelurkan buku-buku dan banyak diundang sana-sini sebagai penulis.
Acuhnya waktu, konsisten menggulirkan durasi-nya, layak menjadi acuan agar kita-kita memanfaatkannya secara bijak.