Decak kagum sensasi Arung Jeram terlontar setelahnya. Cerianya para penumpang yang di-nahkodai pendayung, menyiratkan pemahaman salut atas ritual angkut-angkut perahu, ulang-alik menuju lokasi di ketinggian Pangalengan yang sejuk dan dingin.
Situ Cileunca Pangalengan -- kawasan Bandung Selatan, terletak di ketinggian 1550 mdpl, 2 jam perjalanan dari Kota Bandung. Danau atau situ (bahasa Sunda) ini, merupakan danau buatan yang dibangun pada zaman Belanda untuk Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dan berfungsi pula sebagai penyuplai air bagi warga.
Di ketinggian itulah, Arung Jeram dimulai, menelusur derasnya arus dari Situ Cileunca, mengalir dan bergelombang, terkadang tersangkut bebatuan, sepanjang sungai ke arah yang lebih rendah.
Tiap perahu, terdiri dari 4 penumpang, plus 1 pendayung, lengkap dengan pengaman kepala dan pelampung. Paling depan 1, tengah 2 dan belakang 1 penumpang. Si Bapak di bagian paling belakang dengan pendayung berbahan logam ringan dan sirip plastik atau karet.
Jantung berguncang, ketika Si Bapak Pendayung memberi kejutan pukulan dayung ke permukaan air, memercik basah penumpang yang melamun takut-takut senang.
Sesekali ada aba-aba, harap menunduk dan berpegang kuat pada tali, nyatanya cuma canda karena perahu sengaja diguncang dan nyaris terbalik.
Tentang biaya, Arung Jeram tak terlalu mahal, sebanding dengan jerih-payah ritual yang dilakukannya. Perahunya pun berbahan karet khusus, yang diisi angin, dan tak mudah sobek bila terkena bebatuan tajam.
Arung Jeram berlanjut dengan angkut-angkut perahu karet, bersama para penumpang yang ceria berbasah-kuyup, di ketinggian lebih, menuju tempat awal dimulainya. Mobil kecil yang dipergunakan, muat dua atau tiga perahu, merayap tangguh melalui jalan-jalan menanjak tajam untuk melanjutkan ulang-aliknya.
Bandung, 25 September 2019