Pertama kalinya naik pesawat, hebatnya apa? Si Bungsu boleh bangga, karena semua biaya dibayar dari jerih payahnya bekerja. Ayahnya terhenyak, merasa tak mampu mengajaknya piknik, ketika dia belum lulus S-1 nya, beberapa tahun lalu.
Kali kedua, Si Bungsu naik pesawat, jalan-jalan ke Bali bersama kawan-kawannya, setelah yang pertama ke Singapura. Cewek (25 thn) yang masih punya 2 kakak ini, secara mandiri mengumpulkan biaya perjalanannya tanpa dibantu orangtua.
Beruntung, masih ingat ayah-ibu, dibelikannya buah tangan sekadar tanda bukti bahwa dia telah sampai di Bali, kaos-kaos bertuliskan. Santai saja tanpa beban, cari-cari tiket murah, kalau mau pergi ya tinggal ijin cuti.
Kepergian Si Bungsu jalan-jalan, tak perlu disikapi baper, bawa-bawa perasaan. Mungkin dia lelah, baru juga kerja 2 tahun dan merasa itu uang miliknya sendiri, sementara ayahnya masih aktif bekerja.
Tak pantaslah memaksa kehendak-Nya, harus ini dan itu sesuai apa yang diinginkan. Bila memang belum waktunya, tetaplah berusaha dan selalu berdoa.
Bersyukur, kunci utama bersikap, dan tak perlu grusa-grusu atau galau, bila memang waktunya belum berijin. Jangan merasa kalah dan dikalahkan oleh anak yang telah mampu membiayai pikniknya naik pesawat.
Tiap saat ada hikmahnya, susah-senang hanyalah perasaan semata yang dialami, dan nyatanya baru disadari ketika masa itu telah jauh berlalu. Beri kesempatan hati untuk memahami, bahwa susah-senang itu ada waktunya tersendiri, sesuai kehendak-Nya.
Bandung, 30 Juli 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H