Mohon tunggu...
Johanes Krisnomo
Johanes Krisnomo Mohon Tunggu... Penulis - Karyawan Swasta

Penulis, YouTuber : Sketsa JoKris Jo, Photografer, dan Pekerja. Alumnus Kimia ITB dan praktisi di Industri Pangan.

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Boleh Utang, Bila Penting dan Mendesak

29 Juli 2019   22:13 Diperbarui: 29 Juli 2019   22:22 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : https://twitter.com/KompasTV

Utang sich boleh-boleh aja, bila penting dan mendesak. Nyatanya, utang berlipat-lipat tak mampu terbayar, bahkan makin pekat. Masalahnya untuk keperluan apa kita berutang, bila tak penting-penting amat. Selain itu, perlu dicermati asalnya dana, agar tak terbebani uang jasa yang makin menjerat.

Asalnya gagal fokus, bujuk rayu dan kemudahan memperoleh barang-barang konsumtif sangatlah memikat. Cepat dan mudah prosesnya, tanpa uang muka, begitu kalimat pemanis tawaran pembuka di toko swalayan. Bahkan Kartu Kredit pun siap meluncur, atau aplikasi pinjaman lunak lainnya telah siap ditindaklanjuti.

Sebatas kemampuan melunasi, boleh-boleh saja di-eksekusi apa yang diinginkan. Semisal TV yang telah rusak karena cukup umur, bisa saja digantikan dengan yang baru, asal sudah dihitung kemampuan membayar cicilannya. Tak bijaklah, bila memaksakan beli TV yang jauh di luar batas kemampuan. Utamanya prioritaskan kegunaan dan kepentingan dari barang-barang utangan.

Terjebak situasi rumah  bocor karena atap rapuh, anak sakit dan harus segera diobati, atau pelunasan uang kuliah, dan lain-lain yang sifatnya mendesak, tak ada pilihan menghindar dari kenyataan. Utang yang sesungguhnya barulah diperlukan.

Dua jalur utama yang dapat dilakukan dalam proses berutang, formal dan informal. Formal dalam artian yang berhubungan dengan bank atau lembaga resmi lainnya seperti pegadaian, koperasi simpan-pinjam, jasa pembiayaan dan lain-lain. Sedangkan informal, biasanya pinjam tetangga atau kenalan, dengan uang jasa maupun sukarela.

Sumber : https://www.law-justice.co
Sumber : https://www.law-justice.co
Bila jalur informal yang ingin kita lalui, semisal waktu itu pernah untuk pelunasan biaya anak yang rawat inap di  rumah sakit. Hitung-hitungan masih jauh dari uang tabungan, tak ada pilihan untuk akhirnya pinjam kenalan.

Kenalan bukan sembarang kenalan, sampaikan alasan kita meminjam uang untuk keperluan apa. Pastikan cara pelunasannya, termasuk kapan, dan pastikan kita akan mampu mengembalikannya sesegera mungkin.

Beberapa kenalan yang pernah diutang, tak mau terima uang jasa karena niatnya hanya menolong. Dan jaga kepercayaan yang memberi utang, bahwa pembayaran tunai atau dicicil haruslah sesuai perjanjian. Infokan bila ada sesuatu penguat utang, seperti pernyataan utang akan dibayar begitu terima gaji, atau terima arisan dan lain-lain.

Ada risiko, beberapa kawan atau kenalan memang suka meminjamkan uang dengan harapan ada kelebihan uang jasanya. Untuk yang seperti ini, pernah terjadi pada saat mendesak dan tidak ada pilihan.

Utang kepada saudara dekat tidak dianjurkan, pasalnya kalau tak bisa memberi pinjaman atau ada masalah dalam hal pengembaliannya, sedikit banyak akan mempengaruhi hubungan kekeluargaan.

Selain itu, pegadaian menjadi pilihan formal dan lebih cepat. Syaratnya harus ada barang jaminan, seperti perhiasan emas maupun batangan, dan barang-barang yang punya mudah dijual dan punya nilai. Keuntungannya, pegadaian hanya mengambil uang jasa jauh lebih sedikit bila kita dibandingkan pinjam tetangga atau kenalan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun