Terngiang istilah kantong, sudah ada nama-nama calon menteri di kantong, katanya. Akhir pekan, saatnya bicara santai, menata hati yang mulai terkikis.
Belanja keperluan esok, sambil menjinjing kantong, memikat banyak pilihan. Terkesima saat memandang diri, kantong mata tergurat di depan cermin, dan bertanya ada apa.
Lagi -- lagi penasaran, apa itu kantong. Menurut KBBI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, kantong adalah tempat membawa sesuatu (belanjaan dan sebagainya) yang terbuat dari kain, plastik, dan sebagainya.
Kalau di pabrik makanan-minuman, khususnya di bagian proses, baju seragam kerja tak boleh ada kantongnya. Dikhawatirkan bila mengantongi sesuatu akan berpotensi terlempar, dan mencemari produk. Selain itu ada juga kantong baju, kantong jaket atau kantong-kantong gaya lainnya.
Berbelanja. Hukumnya setengah wajib, dianjurkan untuk membawa kantong sendiri, ketika berbelanja. Tujuannya agar sisa buangan kantong-kantong kresek plastik, yang tak ramah lingkungan, dikurangi atau dihilangkan.
Telah diketahui bahwa cemaran plastik di laut, dan di darat telah merusak habitat kehidupan. Kesuburan tanah terganggu, karena rusaknya struktur tanah yang dipenuhi sampah-sampah plastik, termasuk kantong kresek yang tidak mudah terurai.
Menjadi bukti kuat bahwa temuan adanya ikan paus, hiu dan penyu yang mati akibat sampah plastik menyiratkan keharusan tak lagi menggunakan kantong plastik.
Hebohnya kantong, menapak diri dan tak sadar, bahwa ternyata kantong mata telah menghampiri. Memberi kesadaran lebih, tanda-tanda ketuaan mulai hadir.
Dari mata turun ke hati. Sepenggal kalimat bijak, menyiratkan pemahaman bahwa dari Kantong Mata turun ke Kantong Hati.
Kantong Hati seolah terisi bulir-bulir kebaikan dan ketidakbaikan, dan agar memberi kesehatan mental, haruslah segera diperbaharui. Buanglah Kantong Hati yang berisi ketidakbaikan, dan pertahankan yang sudah baik.