Tentang suasana hati. Ruangan amburadul, alias tak rapi memang bikin galau. Kisruhnya hati, tak mendukung suasana santai, berlanjut pada ketidaknyamanan beraktifitas.
Barang-barang bekas pakai di mana-mana, di ruang tamu, ruang tidur dan ruang santai, tak menyisakan ruang untuk sekadar duduk bersandar. Menaruh barang pun sulit, bagai menyimpan jarum di tengah hutan belantara.
Kasus yang sering, ketika hendak berangkat kerja, waktu terbuang percuma dan terlambat kerja, gegara mencari tas dan kunci kendaraan, yang terselip jatuh di antara mainan anak-anak.
Teringat akan strategi jitu, Ringkas -- Rapi -- Resik, yang merupakan bagian dari 5-R, program adaptasi yang dikembangkan di Jepang dan sudah digunakan secara umum.
5-R, yang dapat diartikan sebagai penatalaksanaan ruangan melalui perubahan perilaku, lengkapnya terdiri dari Ringkas-Rapi-Resik-Rawat dan Rajin.
Ruangan amburadul bagai kapal pecah, jangan ditinggal, mulai lakukan Ringkas-Rapi-Resik secara terus menerus dan berulang.
Ringkas, pilih atau sortir barang-barang yang tak diperlukan, bila tak dipakai langsung dibuang. Kalau masih dipertimbangkan akan dipakai, punya nilai jual atau mau didonaturkan, pisahkan di ruang lain.
Setelah sortir, ruangan hanya terisi barang-barang yang terpakai, dan tampak lebih lapang.
Rapi, barang-barang hasil seleksi, disusun ulang sesuai peletakkan awal, atau ada relokasi tata letak. Susunlah barang-barang agar terlihat nyaman, tak mengganggu fungsi ruangan. Jangan menaruh barang, tanpa mempertimbangkan faktor keamanan, semisal susunan barang-barang yang tampaknya artistik, tapi mudah runtuh menghantam.
Dua tahap terlampaui, Ringkas dan Rapi, ruangan sudah nyaman untuk digunakan, lanjut tahap akhir.
Resik, tak cukup diringkas atau disortir, dan dirapikan, lanjutnya harus resik atau bersih.