Terharu. Menghadapi kenyataan, saat balita Keke (P/4), anak tetangga, menangis karena kakinya terluka. Sang Ibu, dengan tulus memberi obat. Tangisnya bertahap sirna, tak kurang dari lima menit.
Wajah Keke, seperti dunia yang ia miliki saat itu. Hanya ibu, yang ada di dekatnya. Kesedihan yang mendalam sesuai umur, meski lukanya hanya sebatas goresan benang.
Dunia anak adalah dunia sebatas yang dilihat, dan dirasakan. Tak ada dunia lain seperti orang dewasa, yang kaya akan pengalaman. Oleh karenanya, tak ada orang lain yang ada di hatinya, selain ibu -- bapak, kakak-adik, dan keluarga serta kawan dekatnya.
Menyoal tentang, kaki luka tergores benang layang-layang, mungkin saja hanya selintas ingat ketika dewasa kelak. Utamanya, kasih tulus ibu pastilah berlaku sepanjang waktu, tak ingin berbalas.
Sementara waktu, menyimak banyak kejadian, bahwa zaman kekinian menjadi langka saatnya berkomunikasi antar anggota keluarga. Selain banyak yang memiliki segudang aktivitas di luar, di rumah pun tiap orang lebih sering ngobrol bersama HP-nya masing-masing.
Orangtua banyak yang kesepian, meski di rumah banyak orang, dan berlanjut hingga ibu -- ayah makin tak berdaya karena menua. Lebih menyedihkan lagi, bila orangtua dititipkan anaknya yang super sibuk dan sukses ke panti jompo.
Senasib antara keduanya, balita anak merasa hanya orangtua-lah satu-satunya penolong hidupnya. Sedangkan orangtua yang sudah menua, bahkan mulai pikun terkadang sangat memerlukan belas kasih dan pertolongan anak-anaknya.
Selagi masih belum begitu tua, nalar masih oke, pengingat kehidupan dapat dimaknai, bagaimana harus bersikap. Ingatan harus digali bahwa saat menjadi balita, anak, remaja hingga dewasa tak habis-habisnya orangtua memberi tanpa meminta balas.
Inspirasi bijak, pandai-pandailah menyimak, dan membuka diri agar lebih peduli kepada orangtua, karena tak banyak yang diharapkannya kecuali kasih sayang yang tulus.
Cimahi, 26 Mei 2019