Durasi waktu! Nilai terukur satu hari itu 24 jam, sedangkan 1 jam sama dengan 60 menit. Menjadi pertanyaan, mengapa ada yang bilang hari ini lebih cepat, atau lebih lambat dari hari kemarin.
Periksa kembali apakah ada kendala teknis dari alat ukur waktu yang digunakan. Namun, bila  mengacu pada jam di HP yang ber-internet, nyarislah tak ada perubahan durasi. Satu jam tetaplah 60 menit.
Pantaslah, bila ada pepatah lama yang mengatakan bahwa dalamnya laut bisa diukur, sedangkan dalamnya perasaan siapa yang bisa jamin.
Artinya, perasaan kasih, sayang atau apapun namanya, termasuk lamanya kita beraktifitas tak bisa semata-mata didasarkan atas perasaan semata.
Durasi waktu yang mengacu pada perasaan, cuma sekadar indikasi saja, bahwa kita merasa nyaman atau tidak dengan aktifitas yang sedang dijalani.
Seseorang yang merasa seolah-olah waktu berjalan sangat cepat, berlaku bagi mereka-mereka yang dengan sungguh-sungguh aktif memanfaatkan waktu sebaik mungkin, dan tidak menanti.
Beda hal dengan mereka-mereka yang kebanyakan hanya menghitung waktu, jam demi jam, menit demi menit menanti waktu berlalu. Dan ini terjadi, bila kita tak suka atau melawan hati, saat beraktifitas. Akibatnya, pekerjaan tak beres, dan juga mental kebaikan telah terkikis, hingga mengganggu kesehatan moral.
Pilihan ada pada diri, untuk durasi waktu yang sama, semisal beraktifitas delapan jam, akan terasa lebih cepat, dan menyenangkan.
Jangan biarkan waktu berlalu percuma, dan sekadar hanya menanti waktu, malas beraktifitas, yang berbuah sakit psikis.
Bangkit dari keterpurukan, lakukan semua aktifitas yang dijalani dengan sebaik-baiknya, dari hati, dan senang, jangan menanti waktu, karena waktu akan tetap berdurasi sesuai dengan polanya, tak mungkin lebih cepat atau lebih lambat.