Pos Kamling itu sepi, bersih dan rapi. Seorang ibu, tetangga terdekat, telah membersihkannya di pagi buta. Semalam, malam Minggu, katanya bapak-bapak di RW-10, telah berjaga sesuai jadual.
Menariknya, selain disain bangunan, tulisan daftar petugas ronda yang kekinian, juga kelengkapan lain seperti karpet, penyangga proyektor, kentongan, dan lain-lain.
Cerianya mereka, para peronda, ketika saat bertugas malam, sambil ngopi-ngopi dan menikmati cemilan gratis, ngobrol-ngobrol apa saja, bebas atau membahas topik.
Situasi seperti di RW-10, Citeureup, Cimahi, bernilai langka, tak mudah diterapkan di lingkungan lain yang penghuninya sibuk bekerja formal. Solusi yang berbeda biasa diterapkan, di RW sebelahnya yang berbatasan, komplek perumahan, menggunakan jasa satpam, dan perlu direncanakan sesuai janji, bila ada acara antar warga.
Kentongan pun tak terbuat dari kayu atau bambu lagi, saat ini telah berganti dengan pipa besi, dengan suara yang lebih keras dan melengking.
Lantai keramik, dan karpet menjadi alasnya, dengan satu anak tangga, bangunan tak berpintu, membuyarkan bayangan Pos Kamling, yang dulu berdesain panggung.
Apa pun asesorisnya, Pos Kamling telah menyesuaikan diri dengan zaman-nya. Bahkan, dua batas wilayah RW-10 dan perumahan, terbuka tanpa syarat, dengan penyesuaian waktu, agar mudah dipantau. Buka pintu perbatasan, berdurasi jam 05.00 -- 21.00.
Bahagianya mewujudkan kebersamaan, dan silaturahmi antar warga tetap terjamin. Pos Kamling tak lekang dimakan zaman, dan bisa saja berbeda cara untuk wilayah dan komunitas warga yang lain.
Cimahi, 10 Feb 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H