Manusia itu lemah, di hadapan Tuhan. Kembali dipahami, di saat-saat tertentu, semisal ketika menunggu operasi salah satu kawan di rumah sakit.
Sebutlah Pak Dayat (43 tahun), kawan sekerja yang waktu itu di operasi kedua kalinya, menyusul operasi pertama tiga hari sebelumnya.
Delapan anggota keluarganya, menanti penuh harap sejak masuk ruang operasi, pukul 09.00 hingga 4 jam setelahnya masih belum selesai, Senin (04/02/19).
Serius, bisa dibilang penyakitnya, sejak diputuskan dokter untuk operasi, gangguan batu empedu dan benjolan di bagian usus. Lelah juga keluarganya, bekutat masalah biaya operasi yang tak murah, pada akhirnya membuahkan kepastian bahwa biaya ditanggung asuransi.
Pasca operasi pertama, situasi belum menjanjikan, kadar Hb cenderung turun, meski telah di-infus. Kata dokter ada pendarahan di dalam, dan perlu operasi lanjutan.
Menanti, ya menanti saat Pak Dayat selesai di operasi, yang kedua, mencekam, hening tak ada senyum, ketika kawan-kawan sekerja hadir menemani.
Ayahnya, Pak Darga (76 tahun) tampak menenangkan diri, memijit keningnya, memohon kesembuhan buat putranya. Sementara istri Pak Dayat berbaring lemah memejamkan mata, di kursi ruang tunggu, di depannya, bersama anggota keluarga lainnya.
Manusia ternyata tak mampu memaksakan kehendak Tuhan, sebagai makhluk lemah, dan hanya bisa berpasrah, memohon kesembuhan kepada Sang Pencipta.
Saat itu yang sedang terjadi adalah upaya dari tangan-tangan terampil para dokter ahli yang berusaha untuk berbuat yang terbaik. Berjuang maksimal untuk kesembuhan Pak Dayat.
Kawan-kawan sekerja, tak bisa berbuat lain, kecuali memberi semangat dan memahamkan pada keluarganya bahwa para dokter pasti sedang dan telah melakukan yang terhebat. Bertahap, dan sepintas menyiratkan pesan bahwa manusia hanya mampu berusaha dan berpasrah diri, karena Tuhan akan memberikan yang terbaik.
Menanti, saatnya kawan keluar dari ruang operasi di rumah sakit, memberi pelajaran hidup yang luar biasa, bahwa manusia itu hanya mampu berpasrah diri. Berdoa, berusaha dan berjuang untuk kebaikan, dan menyerahkan sepenuhnya keputusan apapun yang menjadi kehendak-Nya, merupakan pemahaman bijak.