Hiruk pikuk sambut tahun baru 2019 telah berlalu. Nuansanya masih terasa. Hebohnya berita TV dari berbagai daerah, baik lokal maupun interlokal bertubi-tubi memasuki relung hati, lewat mata dan daun telinga.
Setelah itu mau apa? Minum kopi panas di ruang tamu, sambil memandang ke depan, jalan umum di permukiman, berseliweran orang-orang berwajah riang.
Matahari pun bersinar ceria, menantang hati yang masih separuh tertidur karena kantuk.
Meraih secarik kertas, bolak-balik bertuliskan ajakan tetap konsisten lakukan hal-hal yang sudah dan ingin ditingkatkan, dan koreksi kegagalan, dalam Resolusi Hati Tahun 2019.
Dua hal yang perlu diendapkan, bersyukur masih dapat menikmati segarnya suasana di tahun baru 2019, sebelum dan sesudahnya.
Sebelum dalam artian, perjalanan jauhnya dari lahir hingga tahun ini, terlampaui sudah, seberapa banyak yang sudah diperbuat.
Tak boleh ada rasa sesal, karena masih ada waktu, setelah hari ini. Kegagalan masa lalu adalah saat-saat indah pembelajaran. Orang-orang sukses, seperti Bob Sadino, berhasil karena belajar dari kegagalannya.
Sesal itu beda tipisnya sukses. Tak perlu membanggakan diri terlalu berlebihan, karena itu yang akan melemahkan kesadaran tetap konsisten berlaku baik.
Sesal pun tak guna disumpahserapahi, karena sesal itu ada tempatnya sendiri, yakni evaluasi, koreksi dan perbaikan.
Sesudahnya, maksudnya setelah awal tahun, 2019, jabarkan rinci janji dan niat yang telah tertanam dalam resolusi hati, dan lakukan eksekusi.