Makan malam sepulang Misa Natal, Senin (24/12/18), bersama keluarga, anak-istri sangatlah membahagiakan.
Menunya biasa-biasa saja : lontong, opor ayam dan sambal-goreng, hasil rekayasa masakan sang istri beserta asesoris pelengkapnya seperti emping dan kerupuk udang.
Satu anak laki-laki nomor dua bersama istrinya yang tinggal di Jakarta, dua anak perempuan, kakaknya yang dari Jogja dan si bungsu, telah menyiratkan haru dan bahagia di rumah yang tak begitu mewah, Cimahi, kota kecil berjulukan Bandung Coret di lokasinya yang berbatasan.
Sementara itu, kabar bencana Tsunami  Banten – Lampung (22/12/18), terkini dilaporkan beberapa stasiun tv silih berganti, menajamkan rasa peduli dan keprihatinan mendalam.
Meski bahagia, malam natal menyisakan nalar untuk ikut berbagi doa agar para korban yang meninggal dunia diberikan tempat yang layak di sisi-Nya, dan yang luka-luka dipulihkan, serta kepada para keluarga yang ditimpa musibah diberikan kesehatan dan ketabahan. Update Kompas, Tsunami Banten dan Lampung (24/12/18), 281 Meninggal, 1.016 Luka-Luka, dan 57 Hilang.
Dua berita pun, ikut memperkaya naluri, saat pagi ini hendak bersiap ke gereja, Misa Natal (25/12/18).
Lagi-lagi laman kompas.com memberitakan, “Natal di Bukit Menoreh, Warga Muslim Jaga Rumah Umat Kristiani yang Pergi ke Gereja", dan "Pemuda Masjid di Ambon Bantu Jaga Ibadah Natal di Gereja".
Terharu, tak ada kata lain yang lebih menyentuh. Sikap toleransi itu sejatinya memang sudah ada dan tersedia di hati sanubari bangsa Indonesia sejak doeleoe, sejalan dengan komitmen awal berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Sepulang Misa Natal (25/12/18) pagi ini, rencananya kami sekeluarga akan mengunjungi bibi, adik ibu yang muslim, di Kota Bandung.
Bibi yang saat ini telah berusia 80-an tahun, dan sakit tua, tergolek lemah dan dirawat oleh Om, suaminya. Anak-anaknya telah berkeluarga dan tak tinggal serumah.
Pasti dan itu akan terjadi, bahagianya bibi bila kami sekeluarga berkunjung. Seperti saat bertemu, Idul Fitri lalu, ada kerinduan, haru dan bahagia terpancar dari sorot mata dan kata-kata bibi yang lirih dan terbata-bata.