Ada kalanya semangat pagi menguap, ketika hangatnya diperlukan pagi. Ini bukan puisi, seperti yang kita baca di keindahan kata bait-baitnya. Sekadar curhat kemarin, saat hendak beranjak kerja, lima belas menit jelang perginya.
Di luar, matahari bersinar ramah, mencipta bayang-bayang pintu di kursi tamu, tempat kumenanti saatnya. Kehilangan semangat, penyebabnya entah kurang tidur, atau terlalu beratnya beban hidup, nyatanya demikian.
Tak seperti hari-hari biasanya, energi awal dari sebuah pekerjaan besar, modalnya hanya semangat. Tanpa itu, langkah-langkah kaki terlihat tak pasti, saat menapakkan kaki di area kerja.
Berpakaian rapi, tas kerja dan kunci mobil telah siap di kursi, tersinari bayang mentari. Hanya perlu semangat, tersisa sepuluh menit, buat mengail atau memancing semangat di kolam kehidupan.
Kucoba mengail semangat dengan kopi panas yang tersisa setengahnya, hangatnya mengalir hanya sampai lidah, batang tenggorokan dan lenyap. Kopi amblas tapi semangat belum juga timbul.
Lima menit tersisa. Ketak-ketik jari di laman gadget HP, nach ... ada berita bagus! Ternyata berakhir pada perdebatan politik dan saling serang. Semakin galau nampaknya, tak ada sesuatu yang membuahkan semangat. Kail dengan umpan berita, nyatanya masih gagal.
Tak tau lagi harus berbuat, dua umpan gagal mengarahkan pasrah, dan hening, mengubah sikap sujud dan memanjatkan doa!
Tiga menit jelang perginya, terbayang samar, peran di tempat kerja, semua harus saling berbagi semangat untuk tujuan bersama. Tak ada kata menyerah, apalagi tenggelam dalam kusamnya pikiran.
Tanpa sadar, mengail semangat dengan umpan ungkapan syukur dan pasrah dalam doa, membuahkan hasil. Ternyata manusia sering lupa bahwa kekuatan besar yang memampukan ada pada-Nya.
Sukses mengail semangat, tepat pada waktunya, ceria beranjak menapak masa depan. Semangat telah didapat, dan harus diperjuangkan, karena manusia itu lemah.
Mengail semangat telah sukses dan menuai harapan. Mari pertahankan semangat, berharap dan bekerja untuk kehidupan yang lebih berkualitas, bagi diri, keluarga dan sesama kita.