Dua puluh dua tahun! Kedai Sate, eksis berbisnis, melawan persaingan arus. Berlokasi di Kawasan Kota Cimahi, Jalan Citeureup.
Seorang diri, meneruskan usaha kedua orangtua, nyatanya mampu. Bertahap dan maju meroket meraih pelanggan.
Kesulitan mencari pembantu, bukannya melemahkan semangat, justru kebalikannya. Beberapa kali, Abdul Azis (23 th), mendapat tenaga kerja dari kampungnya, Bangkalan --Madura, tapi tak bertahan lama. Sendiri lagi, jualan sate, begitu nasib Azis, status bujangan, yang mendapatkan warisan untuk mendidik adik-adik, keduanya laki-laki, kelas satu SMA dan lima SD.
Bapak -- Ibunya telah wafat karena sakit, berturut-turut, Bapak (2016) dan Ibu-nya (2017), mencipta semangat juangnya. Â Pilihannya sulit, mau jadi Tukang Sate atau Karyawan. Pasalnya, Azis telah sukses menuntaskan jenjang pendidikannya di Politeknik, Jurusan Akuntasi, 2017.
Tukang Sate, pada akhirnya menjadi pilihan! Tak sulit baginya, terjun di dunia persatean, karena di sela-sela masa kuliahnya, telah sering bantu-bantu usaha orangtua-nya.
Terlalu lelah, membakar sedikitnya delapan ratus lima puluh tusuk sate, dan menyiapkan gulai kambing tiap harinya, menyita tenaga.
Tak mau ambil resiko, demi kualitas rasa, digunakanlah kombinasi Kipas Bambu Anyam dan Kipas Listrik bersamaan. Selain cepat, sensasi rasanya jauh melebihi harapan bila dibanding gunakan satu Kipas Bambu Anyam.
Tak seperti kawan-kawannya yang telah sukses menjadi karyawan, nyatanya Azis mampu meraup lebih dari sekitar lima belas juta rupiah bersih per bulannya. Spektakuler!