Era abad ke-21 adalah masa yang penuh dengan dinamika dan perubahan yang signifikan dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Perkembangan ini telah membentuk pandangan dunia baru yang memengaruhi dan mengubah cara kita melakukan aktivitas, berinteraksi, dan memenuhi kebutuhan hidup. Salah satu perkembangan pesat yang dapat kita rasakan langsung dalam kehidupan sehari-hari adalah teknologi informasi. Perkembangan teknologi informasi di abad ke-21 telah membentuk kehidupan kita terhubung secara digital.
      Perkembangan teknologi informasi ini membawa efisiensi dalam melakukan banyak hal di kehidupan sehari-hari karena adanya keterbukaan inovasi dalam pemecahan masalah yang timbul seiring berjalannya waktu. Seperti contohnya efisiensi dalam berinteraksi sosial. Dulu, satu-satunya cara orang berkomunikasi adalah dengan bertemu. Tetapi dengan adanya transformasi ini, efisiensi dan ragam cara berkomunikasi telah ditemukan. Kita dapat melakukan interaksi sosial tanpa harus bertemu secara langsung, bisa dengan mengirim pesan maupun bertelepon. Bahkan dengan adanya era transformasi digitalisasi ini, kita dapat berkomunikasi dengan orang melalui telepon video.
      Manusia adalah makhluk dinamis yang mengikuti perubahan seiring perkembangan zaman. Seperti yang dikatakan Soerjono Soekanto, dinamika sosial berarti manusia dan masyarakat selalu berkembang serta mengalami perubahan. Masyarakat di era abad ke 21 ini semakin beragam dan iklusif karena manusia dituntut untuk terus melakukan pembaharuan terhadap isu yang ada sesuai dengan zaman yang sedang dihadapi. Hal inipun juga digunakan oleh para pendakwah islam dalam proses penyebaran ajaran agama islam.
      Penyebaran informasi yang cepat dan aksesnya yang tak terbatas menjadi latar belakang maraknya digitalisasi kajian. Saat ini kita dapat melihat banyak sekali video-video mengenai kajian-kajian ajaran islam dari para ustadz maupun ustadzah di media sosial. Video-video itu tentu saja dapat kita akses kapan saja, dimana saja, serta oleh siapa saja. Efektivitas inilah yang dicari. Namun, efektivitas suatu pergerakan tidak akan luput dari tantangan yang timbul karenanya.
      Dalam hal ini, tantangan yang muncul adalah adanya oknum-oknum yang menyalahgunakan efektivitas penyebaran kajian ajaran agama. Video kajian yang tersebar kemudian disebarkan kembali setelah disunting menjadi video dengan durasi lebih pendek yang provokatif dan menimbulkan banyak kesalahpahaman bagi siapapun yang hanya melihat video yang tersunting tersebut tanpa melihat video aslinya. Dan dengan kondisi masyarakat saat ini yang mudah termakan hoax dan isu-isu provokatif akhirnya memberikan reaksi yang kemudian menimbulkan kericuhan yang berlebihan di dunia nyata. Efektivitas yang seharusnya menjadi peluang kemudian diputarbalikkan dengan mudahnya menjadi ancaman.
      Oleh karenanya, kita sebagai homo digitalis di era yang maju ini seharusnya juga memiliki pikiran yang dinamis—mengikuti perkembangan zaman. Kesadaran akan maraknya informasi yang tidak sesuai dengan kenyataannya di era sekarang ini bisa kita jadikan tameng diri untuk memercayai segala hal yang lewat di jendela sosial media kita. Segera lakukan cek berulang dan mendalam tentang isu atau informasi yang beredar sebelum kita menyerapnya adalah salah satu hal mendasar yang dapat kita lakukan. Ketika kita sudah tahu benar dan terbukti keaslian informasi tersebut, barulah kita memiliki dasar dan hak untuk menyebarkan ulang informasi tersebut.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H