Mohon tunggu...
STAI Al Furqan Makassar
STAI Al Furqan Makassar Mohon Tunggu... Human Resources - Islamic Reformer Generation

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Perbedaan Antara Wukuf di Arafah dan Puasa 9 Dzulhijjah di Indonesia

8 Juli 2022   08:22 Diperbarui: 8 Juli 2022   08:26 1470
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri/STAI Al-Furqan Makassar 


Prolog

Beberapa hari ini, saya mendapatkan banyak kiriman artikel, video ceramah, dan sejenis lainnya. Isinya tentang perbedaan puasa arafah dan wukuf di Arafah bagi jamaah hajji. Tulisan itu bermacam-macam kecenderungannya. Namun secara umum, saya mengategorikannya dalam tiga kecenderungan. Pertama, cenderung merujuk kepada Arab Saudi. Kedua, cenderung mengikuti pemerintahnya di mana ia berada. Ketiga, cenderungan menampakkan kebingungannya (merujuk Arab Saudi antara Pemerintah Indonesia). Akan tetapi ketika merujuk ke Pemerintah Indonesia, Majelis Ulama Indonesia sendiri memberi ruang perbedaan. 

Hal inilah yang semakin menimbulkan rasa penasaran --untuk menghindari istilah membingunkan- masyarakat di tingkat bawah. Bagi ilmuwan yang paham akan perbedaan ini tidak masalah, bahkan mungkin menikmatinya. Akan tetapi, ilmuwan dalam konteks ini jumlahnya lebih sedikit bila dibandingkan dengan yang bingung. Bagi yang bingung, ada baiknya ikut Pemerintah saja. Atau kalau anda sebagai bagian dari ormas Islam yang berbeda dengan Pemerintah, boleh ikut dengan keputusan ormasnya dengan tetap toleran dan menjaga etika dalam perbedaan.

Wukuf di Arafah dan Puasa Arafah sama kah?

Ketika Pemerintahan Saudi Arabiyah menetapkan wukuf di Arafah untuk jamaah haji tahun 1443H/2022 M ini jatuh pada Jumat, 8 Juli 2022 maka itu berarti Pemerintah Saudi menetapkan hari itu sebagai tanggal 9 Dzulhijjah dan hari Sabtunya Idul Adha. Berbeda halnya dengan Kementerian Agama Republik Indonesia yang memutuskan ternyata dari hasil rukyat yang dilakukan menetapkan 1 Dzulhijjah itu jatuh pada hari Jumat, 1 Juli 2022. Artinya, tanggal 9 Dzulhijjah jatuh pada hari Sabtu dan hari Ahadnya Idul Adha.

Perbedaan hasil rukyat kedua negara ini membuat ramai sebagian masyarakat Indonesia. Tentu saja ada yang bingung, terutama dalam menentukan kapan kita yang di Indonesia ini melaksanakan puasa sunnah Arafah? Untuk selanjutnya juga membingungkan, kapan kita berlebaran, ikut pemerintah Saudi atau Indonesia? Pertanyaan serupa ini paling sering saya terima. Kalau kita menggunakan logika, sudah jelas jamaah haji melakukan wukuf arafah pada 8 Juli, tetapi malah di Indonesia melaksanakan puasa Arafah di tanggal 9 Juli. Padahal puasa Arafah dilaksanakan pada waktu jamaah haji melakukan wukuf Arafah. Benarkah demikian? Inilah inti pertanyaan yang perlu dijelaskan, yaitu Puasa Arafah dan Wukuf Arafah.

Perlu diketahui, hari Arafah adalah hari di mana semua jamaah haji melakukan puncak ritual haji dengan melakukan wukuf di Arafah, inilah yang dimaksud oleh Rasulullah SAW bahwa 'Al-Hajju Arafah' Haji itu Arafah. Dan hari Arafah itu bertepatan dengan tanggal 9 Dzulhijjah. Jadi wukuf di Arafah itu harus bertepatan dengan dua hal; waktu dan tempat. Waktunya pada tangal 9 Dzulhijjah, dan tempatnya adalah di Arafah. Sedangkan puasa Arafah adalah puasa sunnah yang dilakukan oleh mereka yang tidak sedang melaksanakan wukuf di mana waktunya bertepatan dengan tanggal 9 Dzulhijjah, waktu di mana para jamaah haji melaksanakan wukuf di Arafah.  Dalam konteks ini terdapat titik temu antara dua jenis ibadah ini (wukuf dan puasa), yaitu waktunya bertepatan dengan tanggal 9 Dzulhijjah. Hal yang perlu diketahui bahwa dua ibadah ini tidak saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Sehingga ibadah wukuf akan tetap sah walaupun orang-orang di luar Mekkah tidak sedang melaksanakan ibadah puasa. Sebaliknya, ibadah puasa sunnah tanggal 9 Dzulhijjah itu juga tetap sah walaupun orang yang sedang berhaji itu tidak wukuf lagi.

Puasa Arafah bukan karena jamaah hajji wukuf, tetapi puasa itu dilakukan karena ia bertepatan dengan tanggal 9 Dzulhijjah. Begitu pula sebaliknya, wukuf itu dilakukan bukan karena orang di luar Saudi puasa, tetapi karena ia bertepatan dengan tanggal 9 Dzulhijjah. Karena standar ibadah kita adalah waktu. Ketika Nabi SAW berpuasa tanggal 9 Dzulhijjah ternyata belum ada umat Islam yang wukuf di Arafah. Sebab ibadah haji baru terlaksana di tahun ke-10 hijriyah (akhir periode Madinah). Sementara puasa tanggal 9 Dzulhijjah sudah disyariatkan sejak tahun ke-2 hijriyah (awal-awal periode Madinah) menurut sebagian riwayat. Jadi Rasulullah SAW bukan berpuasa Arafah, tetapi puasa 9 Dzulhijjah".

Bagaimana Menentukan Tanggal 9 Dzulhijjah?

Lalu bagaimanakah menentukan tanggal 9 Dzulhijjah? Di sinilah letak permasalahannya, yaitu pada cara kita menentukan kapan jatuhnya tanggal 9 Dzulhijjah. Dan semua ulama menyepakati bahwa standar perhitungan ibadah ini adalah peredaran bulan. Sehingga langkah menentukannya sudah pasti dengan terlebih dahulu mengetahui kapan jatuhnya tanggal 1 Dzulhijjah. Dalam hal ini kita akan kembali diingatkan dengan bagaimana cara penentuan 1 Ramadhan. Penentuannya bisa dengan metode rukyat ataupun hisab; Hisab Wujud al-Hilal atau juga Hisab Imkan ar-Ru'yah, atau gabungan dari keduanya. Ini juga sedikit istilah "Wujud al-Hilal". Hilal itu selalu wujud, hanya saja posisi hilalnya yang dipermasalahkan. Di sinilah pintu gerbang masalah pendekatan hisab dan rukyat. Poinnya terdapat pada penentuan (angka dalam derajat) dilihat dari posisinya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun