Mohon tunggu...
romeoprogress
romeoprogress Mohon Tunggu... -

If traveling was free, you'd never see me again.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Wujud Pembentuk Wujud

5 Februari 2010   02:44 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:05 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

[caption id="attachment_68452" align="alignleft" width="300" caption="google picture: design interior"][/caption] Salah satu kalimat dari Paul Tillich yang terus teringat dalam benak saya adalah "wujud pembentuk wujud". Penjelasan secara akademis memang agak mbulet, ringkasnya begini: Apabila kita ingin pergi ke satu restoran untuk bertemu kekasih kita, maka kita akan dengan mudah membentuk wujud lain seperti suasana apa yang ada di restoran tersebut, bagaimana penerangannya (pakai lilin, lampu remang-remang biar romantis, hehehehe), makanan apa yang akan dimakan, minuman apa yang akan diminum, bagaimana musiknya, apakah pelayannya akan melayani dengan baik, dll Bagaimana kalau ternyata sesampainya di restoran itu ternyata kekasih kita datangnya molor 2 jam, atau mungkin dia tidak datang sama sekali, ditambah tidak ada pemberitahuan (sms, fb, bbm,dll...hare gene, hahahahaha). Maka semua bayangan kita tentang restoran itu akan musnah dan lenyap seketika kita meninggalkan restoran itu. hahahahaha..wujud pembentuk wujud. Apa yang membuat kita susah sekali melupakan seseorang? apa yang membuat kita susah membuang suatu benda tertentu? apa yang membuat kita terus menangis buat orang yang telah lama meninggal dunia? alasannya: karena ada cinta di dalamnya. ada relasi yang intim di antaranya. sesungguhnya benda mati tidak berguna sampai suatu saat benda itu diberikan oleh orang yang spesial, dia akan berguna bahkan dapat berbicara. hahahahahaha.. Seorang bertanya "kenapa rasa dukacita ini terus ada!!! membuat saya terus menangis" jawabannya: "apabila air mata itu berhenti maka itu berarti cinta itu telah hilang". salam hangat untuk mereka yang berduka..jangan takut menangis, karena itu bukan dosa.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun