Mohon tunggu...
Viona Susie
Viona Susie Mohon Tunggu... -

Keikhlasan kunci utama menuju kebahagiaan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Krisis nuklir di Jepang berlanjut

17 Mei 2011   01:51 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:33 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebelumnya Chubu electric co. mematikan reaktor Hamaoka atas anjuran perdana mentri Jepang. Reaktor Hamaoka rawan kecelakaan jika ada gempa dan tsunami dahsyat yang kemungkian terjadi di Tokai-mura. Hamaoka menggunakan teknologi yang hampir mirip dengan Fukushima, menggunakan generator listrik untuk pendingin setelah reaktor berhenti. Beberapa raktor dimatikan total, sebagian akan dibuka kembali tapi dengan teknologi keselamatan lebih bagus dan siap dihantam tsunami lebih dari 15 meter, katanya. Berita selanjutnya, ternyata jumlah air di dalam reaktor Fukushima lebih sedikit dari dugaan Tepco. Ini menunjukkan bahwa kemungkinan ada retakan di dalam "wadah" tempat pendingin akibat gempa. Sehingga Tepco harus bekerja keras untuk mencari di mana letak kebocoran tersebut dan harus memperbaikinya. Memperbaiki kebocoran pada saat ini sangat sulit karena tingginya radioaktivitas di dalam gedung reaktor. Jadi bagaimana? Tepco pun masih berjuang.. Berita hari ini, Perdana Mentri Jepang mengumumkan bahwa walaupun telah terjadi pelelehan reaktor Fukushima, reaktor bisa dikendalikan dalam waktu 6 bulan. Apakah mungkin? Hm, jangan-jangan orang Jepang sendiri tidak tahu jawabannya. Menurut saya kecelakaan reaktor Fukushima lebih dahsyat dari dugaan semula. Reaktor mati pada pukul 2:46 pm 11 Maret, tetapi temperatur terus naik karena masih tersimpan sumber energi dari peluruhan mulai pukul 6:00 pm. Bahan bakar mulai meleleh pada pukul 7:30 pm. Tingginya radioaktivitas di gedung reaktor menunjukkan sumber radioaktivitas bukan hanya disebabkan hilangnya pendingin dari teras reaktor, tapi juga karena melelehnya bahan bakar reaktor. Reaktor pun diduga sudah rusak karena gempa (sebelum tsunami), diperparah dengan hilangnya tangki-tangki air dan genset yang mensuplai pendingin. Kemudian, zirkonium (selubung bahan bakar raktor) pun bereaksi dengan uap air panas yang menghasilkan gas hidrogen (terjawab juga pertanyaan saya mengapa terjadi ledakan hidrogen di Fukushima). Akibat kerusakan yang cukup parah inilah Tepco sulit mendinginkan reaktor dengan cara merendamnya. Huh, saya sendiri ikut ngeri mengetahui hal ini. Anehnya, orang Jepang sendiri tidak terlihat panik menghadapi ini semua (atau saya tidak melihatnya). Mereka percaya pemerintahnya bisa mengatasi semua kejadian ini. Bukan maksud saya untuk menampilkan pro-kontra reaktor, tapi hanya melaporkan kejadian di sana. Kita bisa belajar dari ini semua, untuk bisa menciptakan teknologi lebih baik (teknologi Fukushima adalah teknologi reaktor tahun 70-an). Indonesia membatalkan pendirian reaktor, bagaimana menurut anda? Sumber berita: Japan's time; Gambar: Google

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun