[caption id="attachment_181015" align="alignright" width="300" caption="campurb.blogspot.com"][/caption] Tragedi Sukhoi di gunung salak masih meninggalkan banyak pertanyaan, mulai dari ijin terbang di ketinggian 6.000 kaki, rute penerbangan yang tidak lazim dll. Bahkan beberapa saat yang lalu muncul berita yang menimbulkan tanda tanya besar publik bahwa Tim SAR menemukan satu jenazah yang tergantung di pepohonan dan jenazah yang diduga sebagai pilot itu terlihat oleh Tim SAR memakai parasut. Saat itu tim SAR juga sempat membaca kartu identitas yang terdapat nama warga negara asing (sumber detik.com). Jika berita penemuan jenazah yang memakai parasut dan diduga pilot SSJ 100 ini benar, maka ada beberapa pertanyaan kritis yang pasti akan mengemuka yaitu : 1. Bagaimana bisa pilot tersebut memakai parasut? 2. Apakah pesawat SSJ100 ini dilengkapi dengan kursi lontar seperti pada pesawat tempur? bagaimana cara kerjanya? 3. Apakah pilot SSJ100 bisa sebegitu sadarnya dengan kondisi yang dialami sehingga sempat keluar dari pesawat memakai parasut? Bukankah kejadian "menabrak" tebing ini terjadi secara cepat pada kecepatan sekitar 800 km/jam?? Ada beberapa dugaan terkait dengan penemuan jenazah yang  memakai parasut yang diduga adalah pilot SSJ-100 ini. Pertama, bisa jadi berita itu tidak betul karena yang menyampaikan berita adalah dari salah satu anggota tim SAR yang saat itu diwawancarai oleh wartawan di sekitar lokasi kejadian, maksud saya bukan pers release resmi yang dikeluarkan oleh BASARNAS. Tapi apakah mungkin tim SAR salah lihat? Bukankah sangat mudah membedakan apakah itu parasut atau bukan karena parasut sangat spesifik. Orang awam pasti dengan mudah mengatakan itu parasut setelah melihat ada payung dan tali-tali yang dikaitkan ke tubuh pemakainya. Saya yakin dugaan pertama tentang ketidakbenaran berita ini sangat mudah terbantahkan. Artinya benar bahwa ada jenazah yang memakai parasut. Kedua, jika benar jenazah berparasut itu adalah warga negara asing seperti tertulis di detik.com bahwa salah satu personil Tim SAR sempat mengecek kartu identitas jenazah berparasut dan disitu tertulis nama asing. Masih perlu pengecekan lebih lanjut karena yang warga asing bukan hanya pilot. Menurut manifest ada 10 warga asing yang terdiri dari 8 warga rusia (salah satunya pilot), 1 orang warga Amerika dan 1 orang warga Perancis. Pertanyaan dan dugaan-dugaan akan semakin banyak muncul jika ternyata jenazah berparasut tersebut adalah bukan pilot atau kopilot tetapi penumpang. Ada penumpang memakai parasut? Apa motivasinya? perlu penjelasan panjang. Ketiga, terkait dengan dugaan bahwa pesawat ini memakai kursi lontar untuk penyelamatan pilot masih sulit diterima karena kursi lontar hanya ada pada pesawat-pesawat tempur. Pemakaian kursi lontar mempunyai beberapa syarat diantaranya terdapat pintu yang bisa terbuka di atas kokpit. Nah pada pesawat komersil seperti SSJ100 ini tidak ada celah untuk penempatan kursi lontar. Karena atap kokpit penuh dengan panel-panel avionik, berbeda dengan pesawat tempur yang di atas kokpitnya adalah kaca transparan yang akan terlepas saat kursi lontar diaktifkan. Sampai saat ini belum ada penggunaan kursi lontar untuk pesawat sipil karena selain teknologinya belum memungkinkan penggunaan kursi lontar yang kurang tepat dapat membahayakan pemakainya (id.wikipedia.org). Ada tulisan menarik di kaskus perihal kursi lontar ini yaitu bahwa tidak ada kursi lontar di pesawat sipil versi FINAL yang dipasarkan, namun kursi lontar itu biasanya ada di pesawat sipil versi TEST (biasanya produsen pesawat berkepentingan untuk mendapatkan masukan penting dari pilot yang selamat, tentang kondisi pesawat yang dites sebagai bahan evaluasi). Mungkinkah sukhoi naas di gunung salak tersebut adalah pesawat versi TEST yang terdapat modul penyelamatan untuk pilotnya? Sebelum berbicara lebih jauh perihal penemuan jenazah berparasut ini ada baiknya mari kita tunggu keterangan resmi dai BASARNAS terkait hal tersebut. Spekulasi yang lazim terjadi adalah akan muncul penyangkalan terhadap berita yang telah terlanjur beredar. Karena SUKHOI bukan hanya terkait dengan masalah penerbangan nasional tapi juga terkait dengan kepentingan ekonomi dan politik negara besar Rusia. Kita menunggu mereka-mereka yang berani menyuarakan fakta apa yang sesungguhnya terjadi tanpa ditutup-tutupi. (S.Susanto)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H