[caption caption="Kursi Ajaib - dok.sodonglestari"][/caption]
“Bannya ada berapa? Apakah setiap anak sudah kebagian ban bekas? Siapa yang tahu tentang warna dasar? Kalau kuning dicampur biru akan menghasilkan warna apa ya? Siapa ingin mencoba mencampurnya? Ayo kita sekarang membayangkan, apa yang ingin kita gambar? Mengapa ban-ban ini harus kita bor di beberapa titiknya? Mengapa alat bornya tiba-tiba macet? Apa yang dapat kita lakukan?”
Pertanyaan-pertanyaan tersebut mewarnai dinamika ‘kegiatan’ anak-anak di ruang sederhana sebuah Sanggar Belajar. Sekelompok anak usia sekolah nampak asyik bergulat dengan ban-ban bekas. Tangan-tangan mungil mereka begitu bebas dan berani mengoleskan cat aneka warna. Mereka mencampur warna-warna dan terlihat kagum ketika menghasilkan warna-warna baru. Pandangannya serius penuh konsentrasi. Sesekali mereka tersenyum memandangi hasil karyanya. Anak-anak yang lebih besar mengebor, membentuk lubang-lubang kecil pada permukaan ban dan teman lain membantu memeganginya. Kegembiraan terpancar dari mata mereka, meretas hawa dingin yang menusuk-nusuk di antara rintik hujan sore-sore.
Meski senja datang, kegembiraan mereka tak surut. Mata anak-anak itu tetap memancarkan gairah menyala-nyala, terlebih ketika proyek mereka membuahkan hasil. Anak-anak terlihat bangga mendapati ban-ban hitam mereka tersulap begitu indah, dengan goresan-goresan imajinatif penuh warna. Kakak pendamping memberikan apresiasi, semua anak bisa melakukannya dengan ekspresi masing-masing. Sore itu mereka mengakhiri petualangan ban bekas dengan sebuah kesepakatan bersama – besok sepulang ‘sekolah’ mereka akan mengerjakan proyek berikutnya: kursi ajaib!
[caption caption="oh indahnya warna-warna - dok.sodonglestari"]
Sepintas, kegiatan itu nampak biasa-biasa saja, bahkan terkesan sepele. Namun ketika kita mau sejenak berhenti, memperhatikan hal-hal kecil, di sana ada cerita-cerita luar biasa. Percakapan dan kegiatan asyik itu namapak begitu menyalakan pikiran, hati dan kehendak anak-anak untuk bekerja. Apa yang lebih indah dari perjalanan menemani perjalanan tumbuh kembang anak, ketika kita melihat mereka memiliki enerji dan gairah yang meluap-luap untuk belajar, berani mencoba dan menemukan hal-hal baru, menghadapi masalah dan bersama-sama mencari jalan keluarnya, menyerap berbagai pengetahuan, mengasah ketrampilan dan memraktekkan sikap-sikap positif secara langsung? Tidakkah terlihat jelas bahwa belajar melalui bergerak, berkegiatan, mengalami secara langsung adalah sebuah pengalaman otentik yang dapat mengembangkan berbagai kemampuan anak?
Temuan berharga Maria Montessori, seorang tokoh pendidikan dunia melalui pengalaman puluhan tahun bersama anak-anak membantu merefleksi fenomena di atas:
[caption caption="Pengalaman Baru - dok.sodonglestari"]
Gerak tubuh (aktivitas) berperan penting dalam membangun kepribadian
Bergerak atau berkegiatan memiliki arti penting dalam rentang pertumbuhan dan perkembangan anak. Sistem pengaturan tubuh memiliki tiga bagian utama yaitu otak, indera dan otot. Indera mengumpulkan impresi-impresi dan mengirimkannya ke otak. Saraf otak mengirimkan energi ke otot, dan energi inilah yang mengendalikan gerakan-gerakan otot. Gerak tubuh merupakan hasil akhir yang dituju oleh kinerja segenap mekanisme yang rumit dan canggih tersebut. Dengan demikian dikatakan bahwa hanya dengan gerak tubuhlah kepribadian (seseorang) mengekspresikan dirinya.
Segenap perangkat otak, indera dan otot sering disebut dengan ‘sistem hubungan’. Sistem hubungan merupakan keseluruhan yang tunggal. Sebagai sebuah unit, sistem hubungan hanya dapat menjadi sempurna ketika digerakkan sebagai sebuah unit bersamaan.