Ide dalam sebuah tulisan adalah nyawa. Seseorang tidak mungkin bisa menulis seandainya tidak punya ide untuk dituliskan. Ide sangat penting sekali dalam sebuah penciptaan.
Anehnya banyak orang yang gagal menulis gara-gara tidak punya ide yang menarik. Padahal menarik atau tidak menariknya ide itu tergantung dalam pengemasannya. Ide cerita yang menarik akan menjadi biasa saja kalau dikerjakan dengan biasa saja. Tetapi ide yang biasa saja akan menjadi sesuatu yang menarik apabila dikemas dengan sentuhan kreatifitas yang tinggi. Singkong apabila apabila dikupas dan dipotong-potong, kemudian digoreng, hanya akan jadi singkong goreng, tetapi apabila direbus dulu,kemudian difermentasikan akan jadi tape/peyem maka akan lain rasanya, dan tape jika digoreng juga akan menghasilkan varian makanan baru ‘rondoroyal’ misalnya. Dan tentu lain rasanya apabila singkong digoereng dengan keju, maka nilai jualnya pun akan beda. Sama saja dengan ide, tinggal keahlian sang empunya saja untuk mengolah ide menjadi apa.
Didunia ini ide berseliweran dimana-mana. Saat kita bangun tidur sampai mata kita terpejam lagi semua adalah ide. Ide yang kalau kita kreatif akan bisa menjadi bahan cerita. Salah satu ide yang bisa digali menjadi ribuan cerita adalah mitos.
Mitos adalah suatu kepercayaan dalam masyarakat tentang suatu hal. Secara empiris mitos tidak bisa diuji kebanarannya. Tatapi masyarakat kita banyak yang percaya tentang hal itu. Antara lain mitos yang mengatakan jika kita mimpi baju atau pakaian kita dicuri orang berarti kita akan kehilangan orang yang kita cintai, atau pasangan kita akan direbut orang. Dalam mitos masyarakat Jepang, jika seseorang menemukan uang logam pas dihari ulang tahunnya dan tahun dari koin yang ditemukan sama dengan tahun kelahirannmya, maka permintaannya saat ulang tersebut pasti akan terkabul. Mitos ini pernah diangkat oleh Gola Gong dalam cerpennya Sekeping Logam Cinta.
Terlepas dari kebenaran mitos, jelasnya banyak cerita fiksi selain contoh diatas yang idenya terpicu dari mitos-mitos dalam masyarkat tertentu. Mitos menjadi menarik untuk diceritakan karena didalamanya biasanya mengandung konflik apabila seseorang mengalaminya. Mitos jika seseorang mimpi baju kesayangannya dicuri orang, yang secara umum mimpi tersebut berarti kakasih orang yang mimpi tersebut akan berpaling atau direbut orang. Katakanlah tokoh A dalam cerita ia memimpikan bajunya dicuri orang maka tokoh A akan resah, ini akan menjadi konflik batin yang luar biasa jika dikaitkan dengan pacarnya yang berada di perantaun.
Dari sekeping logam yang ditemukan oleh tokoh Ela misalnya menjadi heboh ketika ia menemukan uang logam dihari ulang tahunnya dan kebetulan tahunnya sama dengan tahun kelahirannya, dan dia faham betul dengan mitos tersebut. Maka Ela akan meminta beberapa permintaan diuhari ulang tahunnya dan berharap semuanya akan dikabulkan. Tetapi bagaimana jika permintaannya tidak dikabulkan, ini akan menjadi konflik yang bagus dalam cerita.
Di masyarakat kita banyak mitos yang biasa kita garap sebagai cerita. Kalau sangat faham tentang hal ini, maka kita akan dibanjiri ide untuk membuat cerita. Dalam novel best seller, “Ketika Cinta Bertasbih” misalnya, Kang Abik syarat menggali mitos-mitos masyarakat yang menjadi setting cerita. Contoh mitos yang diangkat adalah mitos jawa yang melarang anak ketiga menikah dengan anak ketiga, atau anak kesatu dengan anak ketiga, ini menjadi konflik tersendiri dalam novel tersebut. Menarik bukan?
Intinya tinggal bisa-bisanya saja kita sebagai pengarang meramu sebuah mitos menjadi sesuatu yang menarik. Walaupun kehidupan modern ini masyarakat lebih cenderung berfikir realistis, tetapi saol mitos itu bukan jadi sesuatu yang tidak menarik lagi untuk dibicarakan. Sehingga peluang penulis untuk menggali mitos-mitos menjadi suatu cerita yang menarik terus terbuka. Jadi nggak ada alasan lagi males nulis gara-gara nggak punya ide. Hayooo!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H