Suatu malam, beberapa bulan lalu di kediaman pribadi Prabowo Subianto --saya sedikit mendesak beliau untuk membocorkan siapa gerangan wakil presiden yang akan mendampingi beliau saat maju dalam Pilpres 2014 ini.
"Pileg juga belum, kok sudah tanya calon wapres" jawabnya sambil terkekeh.
Saya tidak puas dengan jawaban yang mirip-mirip dengan jawaban beliau kepada wartawan ini. Hingga suatu hari, di meja makan yang sama--pertanyaan ini terulang. Cuman kali ini, bukan bertanya soal "siapa" tetapi lebih kepada ciri-cirinya saja. Alhamdulillah, kami ini beliau mau membuka mulut walau dengan sedikit intro.
"Kalau saja dalam Pileg mencapai 51% suara, tentu saya punya kebebasan memilih cawapres sendiri. JIka tidak, saya akan memilih orang yang 'mirip' dengan saya"
DUENG!
Mendadak wajah ini menegang dan spontan saya berucap, "RATU KEMBAR dong, pak?!"
Ya, jelas statemen beliau ini sangat mengingatkan salah satu dari dua hikayat ramalan ala Jawa. Yang pertama Jayabaya dengan ramalan "Satrio Piningit" dan kedua tentu saja "Sabdo Palon" yang sering di identikan dengan Ki Semar. Walau berbeda background cerita, anehnya--keduanya akan muncul dalam jangka waktu yang sama. Hmm...
Sedangkan malam itu, kisah kembalinya Sabdo Palon setelah 500 tahun menghilang dari tanah Jawa (baca : Nusantara) lebih mendominas dan 500 tahun itu, adalah saat ini.
Saya juga mendadak ingat cerita pakde di Semarang yang pernah mengatakan jika kembalinya Sabdo Palon ini juga sudah menjadi pembicaraan tukang-tukang becak. Serius, tukang becak. Ini artinya, lapisan masyarakat segala tingkat pendidikan dan sosial.
Menariknya, kemunculan Sabdo Palon--konon dari tempat persembunyiannya yang berada di bukit Tidar, Magelang. Kemunculannya pun semakin menarik, salah satu versi mengatakan--Sabdo Palon akan muncul dalam bentuk ratu kembar yang bolehlah kita identikan dengan istilah "dwi tunggal".
Nah, boleh dong saya sambungkan "dari bukit Tidar" sebagai Prabowo--lha memang beliau kan lulusan Akabri yang pasti kenyang keluar masuk bukit tersebut. Hehehe...