Mohon tunggu...
Hazmi SRONDOL
Hazmi SRONDOL Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis/Jurnalis

Jika kau bukan anak Raja, bukan anak Ulama. Menulislah...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pak Prabowo, Saya Tidak Ridho...

18 Oktober 2014   14:21 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:34 1476
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1413591644430670522

Siang tadi (17/10/2014)--tak lama sebelum waktu adzan sholat dhuhur/Jumat berkumandang, kabar jika pak Prabowo Subianto akan sholat jum'at di masjid Al Latief Lt.5 Pasaraya Blok M dari para sekretaris pribadinya kudapatkan

Lokasi sholat jum'at yang berjarak sekitar 10 km dari kantor tempatku berkerja di depan air mancur Monas, membuatku segera menuju pangkalan ojek langganan di samping kantor.

Alhamdulillah, salah satu dari dua abang ojek favoritku masih asyik duduk dibawah pohon. Seperti kuduga--melihat gelagatku yang tampak tergesa-gesa, ia pun segera sigap berdiri dan menyodorkan helm.

Hanya cukup menyebutkan nama lokasi, ojek pun berjalan dengan kecepatan dan aksi kelak-kelok yang bolehlah diadu dengan voridjer BM Polisi/Dishub. Bedanya--ojek langgananku tidak memakai sirine. Cukup klakson dan bleyer gas keras-keras.

Selama perjalanan, pikiran dan perasaanku masih berkecamuk. Hilir mudik bayangan kenangan saat memanjat pagar kantor untuk berdemo menentang penjualan perusahaan telekomunikasi tempatku berkerja dijaman pemerintahan Megawati. Kebijakan yang membuat perusahaan tempatku berkerja kini sangat amburadul dan berantakan.

Ditambah kejadian pengkhianatan perjanjian Batu Tulis. Bukan sekedar sikap inkosisten, namun yang paling mengesalkan adalah cacian pendukung lawan yang menganggap Prabowo panik dan sentimen negatif lainnya. Padahal saat itu, kutahu benar--beliau sedang memberikan pelajaran tentang etika berpolitik yang sehat. Membatalkan perjanjian itu boleh saja, tapi apa salahnya jika ngomong secara terbuka? Tidak perlu sampai tidak mau menemui saat lebaran Iedul Fitri menjelang kompetisi.

Belum lagi tikaman dari belakang yang dilakukan oleh salah satu 'anak didiknya' saat maju dalam pilgub DKI yang telah dibiayai dan diperjuangan bukan saja oleh Prabowo sendiri, namun seluruh kadernya untuk mewujudkan cita-cita Jakarta Baru yang lebih baik dan manusiawi. Namun lacur, janji Jakarta Baru sudah diingkari. Rencana membangun Jakarta Baru "ditinggal glangang colong playu" hanya untuk sebuah kompetisi jabatan duniawi yang lebih tinggi. Semua tampak jelas tergambar di kepala. Seakan sedang menonton film layar lebar dalam bioskop kelopak mata.

Dari sebagian kisah itu, aku masih tidak percaya, benarkan Prabowo memberikan ucapan selamat kepada Jokowi?

Ya, sejak semalam berita perihal pertemuan beliau dengan Jokowi sudah kubaca desas-desusnya di beberapa media. Bahkan sampai pagi hari aku coba konfirmasikan kehadiran Jokowi di Rumah Kertanegara ini. Duh, ternyata benar. Pertemuan itu ada.

Rasanya berat membendung airmata ini, apalagi sempat kudengar--pak Prabowo sempat melakukan kembali salam penghormatan ala militer kepada Jokowi. Semakin tidak nyaman saja mendengarnya.

Bagiku, apa iya pantas Prabowo melakukan itu? Kepada lawan politik yang berulang kali menyakiti hatinya serta pendukungnya? Walau kemudian beberapa saat aku mulai teringat saat beliau melakukan hal serupa kepada Megawati--ya, mungkin saja, beliau melalukan ini berdasarkan dari realitas keputusan KPU dan MK memutuskan Jokowi terpilih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun