Mohon tunggu...
Hazmi SRONDOL
Hazmi SRONDOL Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis/Jurnalis

Jika kau bukan anak Raja, bukan anak Ulama. Menulislah...

Selanjutnya

Tutup

Humor

Ketika Mike Tyson Menjadi Seorang Komedian

1 April 2012   17:57 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:09 1209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

This is a new stage, it’s the beginning stage.

..........

Aku terdiam, tenggelam dalam kalimat pendek di status pages facebook sosok yang aku kagumi semenjak masih kanak-kanak. Bukan sekedar mengaggumi tetapi lebih jauh daripada itu. Aku mengidolakanya. Dialah Michael Gerard Tyson alias Malik Abdul Aziz atau yang lebih dikenal dengan nama Mike Tyson. Petinju yang sewaktu kecil oleh media di Indonesia lebih sering di juluki ‘Si Leher Beton’ atau ‘Si Leher Badak’ walau media barat lebih menonjolkan istilah ‘Iron Man’ kepadanya.

Aku yakin, semua orang sewaktu kanak-kanak mempunyai sosok idola. Aku pun juga seperti itu. Sewaktu kecil, aku sangat tergila-gila dengan He-Man. Sosok ksatria alam semesta yang menunggangi seekor harimau dan bersenjatakan pedang besar. Saking tergila-gilanya, kucing peliharaanku pernah hilang beberapa hari karena sering aku tunggangi saat berandai-andai menjadi He-man. Mungkin kucing itu ketakutan. Bapakku juga sering marah besar melihatku memasang tali dan pelana palsu dari bahan kardus pada kucing kampung yang mungkin saking takutnya jadi sering bersembunyi di balik lemari.

Lepas mengidolakan He-Man, disaat teman-teman lain mengidolakan Superman—aku malah memilih mengidolakan Mike Tyson. Waktu itu, nalarku memberontak. Aku bisa menerima sosok pria berotot dengan celana pendek ketat daripada melihat pria berbaju lengkap tapi ketat dengan celana dalam diluar. Sudah begitu masih memakai ikat pinggang dan kain jubah yang mungkin digunakannya sebagai selumut jika kedinginan. Superman sangat tidak masuk akal buatku.

Bukan tidak ada alasan mengidolakan Mike Tyson ini, bapakku sering menceritakan kehebatannya. Dia Juara Dunia termuda pada kelas tinju tertinggi, kelas berat. Sebagaian besar kemenangannya adalah menang KO/TKO dalam waktu yang sangat singkat. Dan dari mulut beliau, pertama kali aku mendengat kalimat ‘juara kedua adalah pecundang pertama’, dan Mike Tyson bukan pecundang. Kalimat sakti itulah yang kemudian sangat merasuki jiwa dan pikiranku sewaktu kecil. Hasilnya, masa SD aku lewati dengan sekali rangking 4 dan sisanya semuanya rangking 1.

Bapakku senang, ibuku apalagi. Namun disaat puncak-puncaknya mengidolakannya. Mendadak di depan mata, di depan TV yang masih hitam putih itu aku melihat nya terkapar di kanvas oleh James ‘Buster’ Douglas. Petinju yang aku baca di koran-koran waktu itu bukanlah siapa-siapa. Petinju biasa dan tidak mepunyai nama besar. Aku terpukul, terpana dan menangis meraung di kasur. Bapak dan kakakku melonggo. Heran sekaligus panik. Walau bapakku mencoba menghiburku dengan kalimat ‘setiap juara dunia pasti pernah kalah, termasuk Muhammad Ali sekali pun’. Aku tetap menangis, dimataku semua petinju boleh kalah, kecuali Mike Tyson.

Bagiku, Mike Tyson berada diantara kisah nyata dan cerita superhero yang mustahil dikalahkan.

Kekalahannya hari itu membuat panik bapak ibuku. Masih aku ingat dialog malam harinya saat Ibuku mengkhawatirkan kekalahan itu akan berimbas ke prestasiku di sekolah. Ibuku tahu persis bagaimana aku mengidolakannya. Bahkan beliau juga yang membantuku membuat tiga buah sabuk juara dunia mainan dari kertas karton dan kertas mengkilap yang aku tuliskan WBC, WBA dan IBF tanda juara dunia sejati ala Mike Tyson. Untuk sementara waktu,aku masih juara kelas. Namun saat masuk SMP, aku tidak bernafsu lagi menjadi juara kelas.

Ibuku sedih, walau tidak memaksaku untuk mencapai prestasi tinggi seperti dahulu tetapi beliau secara tersirat mengungkapkan bahwa menjadi Juara itu tugas hidup seorang manusia khususnya laki-laki sepertiku. Entah apapun bidangnya. Waktu itu aku tidak paham, aku masih terluka dengan kekalahan itu. Bapak ibuku hanya membiarkan saja aku belajar mengobati perasaanku sendiri. Bapakku pernah secara ekstrim mengingatkanku soal kenyataan hidup. Dan beliau dengan vulgar mengatakan bahwa aku tidak bisa menerima kenyataan hidup. Ya maklum, namanya juga anak-anak pak!

Hari berlalu, tahun pun berganti. Aku tetap mengidolakan nya walau tidak seperti sebelumnya. Paling jika ingat kekalahan Mike Tyson, aku bermain video games Street Fighter dan memainkan Balrog. Balrog ini punya nama lain M. Bison yang mirip sekali gayanya dengan Mike Tyson. Pas sedang sedih-sedihnya, aku semakin sering main video games di pertokoan dekat rumahku di Semarang walau pakai uang ngutil bapak ibuku. Waktu itu, aku menebar isyu ada tuyul yang mengambil uang bapak ibuku. Padahal uang itu aku yang mengambilnya demi bermain video games Balrog.

1333345408875716848
1333345408875716848

Berita kasus Mike Tyson dan prestasinya yang terus menurun membuatku semakin sedih saja. Aku semakin kehilangan sosok idolaku. Aku melarikan diri dengan kesibukan dan pekerjaan lain walu jujur saja masih sesekali memantau-mantau perkembangan kehidupan Mike Tyson. Terkahir waktu itu, aku terkejut dengan penampilan gendut Mike Tyson. Saat itu aku berfikir, Mike Tyson sudah tamat. Tamat segala-galanya, tinggal menunggu berita kematiannya saja.

Tapi ternyata tidak. Lama terlewat, mendadak aku di kejutkan dengan berita kematian putri Mike Tyson yang berusia 4 tahun akibat terjerat kabel listrik saat bermain main dengan alat treatmill di rumahnya. Mendadak aku kembali memantau berita tentang dirinya. Aku jadi ingin tahu, bagaimana Mike Tyson menghadapi kehidupan selanjutnya.

13333454311359786966
13333454311359786966

Sungguh, semenjak itu aku kembali mengidolakannnya. Aku melihat kejaiban besar darinya yang mesti aku pelajari. Betapa setelah kebangkrutannya, dia mampu bangkit dengan usaha konveksi kaos, hiburan gulat WWE Wrestlemania dan games tinju “Mike Tyson's Punch Out” di aplikasi I-phone. Lebih mengagumkannya lagi, badannya kembali berotot saat peluncuran games tersebut. Tidak jauh berbeda dengan sewaktu masa keemasannya. Aku jadi malu sendiri dengan timbunan lemak di perutku yang susah sekali dibuang ini.

Dan terakhir, yang lebih mengejutkannya lagi. Saat aku mencoba meluncurkan sebuah novel komedi, ternyata sosok sangar bergelar ‘Baddest Man On Planet’ itu juga sekarang sudah menjadi seorang aktor dan komedian. Bukan hanya berperan sebagai dirinya sendiri di acara komedi Fox, Breaking In, Mike Tyson juga bermain film komedi Hangover.

13333454701114305951
13333454701114305951

Ditambah sekarang, dengan istri barunya Mike Tyson mulai bergelut di dunia talk show Komedi. Tema talkshownya sekarang UNDISPUTED TRUTH LIVE yang akan diadakan pada tanggal 13-18 April 2012 di  MGM's Hollywood Theater in Las Vegas. Tentu saja komedinya berdasarkan pengalaman hidupnya sendiri yang ternyata banyak sekali sisi lucu dan menarik untuk disimak. Yang satu ini, aku sangat penasaran dan ingin sekali menonton langsung pertunjukannya.

Walau dalam waktu dekat aku belum mampu kesana, aku selalu berdoa semoga keuanganku semakin baik hingga tabunganku cukup untuk membiayaiku menonton talk shownya. Aku bukan hanya ingin tertawa, aku juga ingin memeluknya langsung sambil menghadiahkan novel komediku kepadanya.

Ah, aku kini semakin sadar bahwa memang panggung selalu berganti dan berpindah, tapi Mike Tyson bukan sekedar idola tapi kini pantas kujadikan panutan.

I still loving you, Mike!

------------------------------------

By: Hazmi Srondol

twitter: @hazmiSRONDOL

------------------------------------

Sumber:

http://miketyson.com

https://www.facebook.com/miketyson

http://id.wikipedia.org/wiki/Mike_Tyson

[Bekasi, 2 April 2012]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun