Mohon tunggu...
Hazmi SRONDOL
Hazmi SRONDOL Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis/Jurnalis

Jika kau bukan anak Raja, bukan anak Ulama. Menulislah...

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kalabendu 2013, Sebuah Persiapan

4 Agustus 2013   08:58 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:38 504
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_279270" align="aligncenter" width="475" caption="sumber:http://www.frontroll.com/foto_berita/medium_82pancasila.jpg"][/caption]

Banyak sesepuh bilang, tahun 2013 Masehi ini adalah tahun "Kala Bendhu" atau masa kegelapan untuk hitungan tahun Jawa. Masa kegelapan itu belum berarti kehancuran loh.... Dan mengerikannya, masa kegelapan itu, konon, sekali lagi konon terjadi selama 3 bulan antara bulan september sd november 2013. Walau memang sarat dengan prediksi gothak gathik gathuk, namun beberapa syarat utama masuk ke kala bendhu di tahun ini begitu lekatnya seperti: a. Udan salah mangsa, saat hujan yang tahun ini begitu mendominasi--terbalik dengan tahun 2012 yang seakan-akan hujan malas turun membasahi bumi pertiwi. b. Banyaknya perang di belahan dunia lain seperti mesir, syria dll c. Banyaknya fitnah. Dan untuk fitnah ini, sungguh mengejutkan. Jikalau masa lalu, fitnah begitu lekatnya dengan arti siksaan dan tuduhan dan menjadi hal yang dijauhi atau dihindari. Namun di tahun ini--fitnah malah begitu dinikmati bahkan di follow ratusan ribu orang. Contohnya ya celoteh akun twitter @triomacan2000. Belum lagi akun-akun lain di twitter maupun akun cap kaleng rombeng alias tanpa nama yang tidak berani menunjukan identitas diri di blog. Namun, sengeri-ngerinya kalabendhu--sikap eling kepada dzat Yang Maha Tunggal dan selalu waspada terhadap pertanda yang muncul dalam sisi terdalam hati kita, akan menuntun dan menyelematkan langkah kita menuju masa kalasuba. Masa keemasan nusantara selanjutnya. Masa munculnya satriyo piningit yang kesandung kesampar. Satriyo yang disia-siakan. Satriyo yang menurut Bung Karno adalah sosok yang membuat rakyat Indonesia tampak 'nerimo' dan pasrah saja dengan segala jajahan Belanda dan mungkin kini sikap serakah para koruptor dan politisi busuk. Padahal diam dan sabarnya rakyat indonesia ini bukan berarti pasrah, tapi sedang mengumpulkan segenap kemampuan menyambut hadirnya sang satriyo pembuka ahirnya sistem kepemerintahan "ratu adil". Pemerintah yang paham sila pertama dan kedua Pancasila secara mendalam. Sila tentang esensi Tuhan dan Manusia. Satriyo yang tentu saja jelas, bukan saya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun