Sore ini, seperti biasa istri di rumah mengajak menonton ke bioskop lagi. Kali ini, film animasi INSDIE OUT yang sedang diburunya.
Sebenarnya, secara animasi–film ini biasa saja. Hanya saja, untuk lebih menuntaskan kepuasan menikmatinya, kami memilih versi 3D untuk kami nikmati bersama keluarga. Walau sedikit merogoh kocek lebih dalam anggaran keluarga–sekitar Rp 320.000 untuk 4 orang, saya fikir tidak terlalu masalah. Banyak sisi yang sebenarnya ingin kami diskusikan dengan istri dan anak-anak terkait film ini.
Hal yang ternyata malah anak-anak sendiri yang memancing pembukaan diskusi ini. Katanya, “filmnya aneh ya, pak. Mosok di dalam orang ada mahluk-mahluknya?”.
Hahaha, saya senang dengan pertanyaan sang kakak ini. Hadiah pelukan dan tepukan di punggunya segera kuberikan kepadanya. Inilah yang saya tunggu-tunggu. Tak perlu ada pemaksaan pembukaan diskusi keluarga, khawatir nanti malah dianggap sedang berceramah saja.
Ya, film animasi keluaran Disney Pixar tahun 2015 dengan sutradara Pete Docter ini memang sekilas seperti mengada-ada. Apalagi yang tidak pernah belajar atau mengetahui beberapa filosofi budaya Jawa.
Dikisahkan dalam film tersebut bahwa ada anak perempuan berusia 11 tahun bernama Riley yang memiliki beberapa karakter emosi dalam tubuhnya. Perwujudan dari emosi tersebut diwujudkan dalam penokohan sebagai berikut:
Joy (bahagia); Fear (takut); Anger (marah); Disgust (jijik) dan Sadness (sedih).
Wujud-wujud ini diceritakan tinggal dalam sebuah tempat yang disebut markas besar (headquartes). Sebuah tempat yang berfungsi sebagai pusat kendali pikiran Riley sehari-hari yang membimbingnya dalam menjalani hidup sehari-hari. Catatan rekaman masa lalu Riley pun ada disini dengan wujud bola berwarna warni sesuai jenis rekaman kehidupannya.
Sewaktu kecil, kehidupan Riley sungguh bahagia. Dominasi bola kuning lambang kebahagiaan menjadi rekaman into dari hidupnya yang didapatkannya semenjak kecil tinggal saat masih tinggal di sebuah pedesaan Minnesota, Amerika.
Namun ketika ayahnya mengajaknya pindah ke kota besar San Fransisco. Situasi Headquarters mendadak menjadi kacau balau. Khususnya saat emosi-emosi terseut bersiteru mencari cara terbaik Riley untuk menghadapi lingkungan yang baru ini.