Mohon tunggu...
Hazmi SRONDOL
Hazmi SRONDOL Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis/Jurnalis

Jika kau bukan anak Raja, bukan anak Ulama. Menulislah...

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Error Roy Suryo Kumat, Tuduh Indosat Menyadap

28 November 2013   18:50 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:34 542
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13856390572074628732

Setelah lupa lirik saat menyanyikan lagu wajib “Indonesia Raya”, kembali Roy Suryo melakukan kesalahan fatal serupa. Kali ini soal tuduhan bahwa Indosat-lah pelaku penyadapan terhadap SBY dan pemerintah Indonesia.

Sekilas mendengar bukti-bukti yang ia beberkan ke media, salah satunya di harian online MERDEKA—yang menyatakan bahwa penyadapan ini dimulai saat penjualan Indosat kepada pihak asing kayaknya sih seakan-akan datanya akurat. Padahal?

Ya, memang saat itu, atas desakan IMF yang melarang duopoli telekomunikasi di Indonesia, Indosat –BUMN yang dalam sejarahnya tidak pernah hutang dan selalu menguntungkan negara ini terpaksa dijual.

Tapi apakah Roy Surya ingat, jika setelah di jual ke STT Singapore--saudara kandung Singtel-Singapore, semenjak tahun 2008, STT sudah kabur dari Indosat. Hal ini terjadi saat Qtel (sekarang Oreedo) Qatar mengambil alih kepemilikan Indosat. Bahkan kepemilikan Qatar sendiri mencapai 65% tanpa menyisakan sedikit pun kepada pemilik sebelumnya, Singapore.

[caption id="attachment_305249" align="aligncenter" width="500" caption="SINGTEL SINGAPORE (Sumber:http://www.hardwarezone.com.sg/feature-it-show-2012-telco-tablets-gps-and-mobile-accessories-buying-guide/broadband-plans-singtel-starhub)"][/caption]

Sedangkan jika dihubungkan Amerika dan Australia, apa peran dan manfaat Qatar untuk melakukan penyadapan ini? Untuk medata jumlah peserta haji Indonesiakah? Atau mendata jumlah kambing untuk hari raya Kurban?

Bandingkan dengan Singtel Singapore. BUMN negara kota Singapore yang kini menguasai 35% saham Telkomsel tentu mempunyai hubungan yang sangat erat dengan intelejen Amerika dan Australia. Bahkan menurut Sidney Morning Herlad (SMH), bersama Korea Selatan, Singapore telah berkolaborasi untuk melakukan tindakan mata-mata (spionase) kepada Indonesia dan Malaysia sejak tahun 1970.

Jika dihubungkan dengan operasi intelejen “Five Eyes” yang melibatkan lima negara yaitu Amerika, UK (Inggris), Australia, Canada dan New Zealand dengan misi pelacakan"siapapun, dimanapun, kapan saja” yang salah satunya mempergunakan jaringan kabel optik bawah laut SEA-ME-WE 3 dan 4, terlihat jelas dimana satu titik simpul pos kampling wilayah yang bernama : Singapore!

Tak heran jika pada negara tetangga Malaysia, pejabat kerajaan telah mengirimkan surat protes atas tindakan mata-mata ini. Menurut laporan BBC, hal ini membuat PM Razib Razak mengirimkan sinyal tidak akan mentolerir tindakan mata-mata ini. Bahkan sampai memanggil utusan AS dan Australia atas informasi jaringan mata-mata yang dipimpin Amerika tersebut.

Nah, ada sedikit keanehan jika dihubungkan dengan Indonesia. Kenapa mendadak Indosat yang “ditembak” atas kasus penyadapan ini. Bukan kepada Telkomsel yang nyata-nyata terdapat 35% saham Singtel Singapore berada?

Bahkan jika dirinci secara teknis, hubungan Indosat dan Telkomsel sendiri hanya terbatas pada interkoneksi telefon dan SMS. Untuk data CDR, rekam telefon hingga posisi HLR pada tower BTS tiap nomer telefon tentu tidak tercakup didalamnya. Yang punya hak mendapatkan akses tersebut tentu para pemilik saham. Kompetitor? Ah sudahlah, anak SD juga tahu hal itu sangat tidak dimungkinkan.

Jangan-jangan, hal ini ada keterkaitan dengan statement Menkominfo Tifatul Sembiring yang akan mencabut ijin operasi operator yang melakukan penyadapan. Dan daripada mencabut izin Telkomsel, jurus mencari kambing hitam sepertinya lebih mudah dilakukan oleh entah siapa melalui Roy Suryo yang konon ahli IT ini. Ehem. Konspirasi yang mudah ditebak oleh siapa pun yang suka membuat ploting tulisan baik cerpen atau novel.

Ahli IT bagian foto-foto begituan yang statement soal telekomunikasinya jauh dari kewenangannya sebagai Menpora (Menteri Pemuda dan Olahraga). Ya, soal jabatan Menpora ini, saya yakin beliau juga pasti lupa. Kalau tidak percaya, suruh beliau nyanyi dulu lagu Indonesia Raya.

[Jakarta, 28 November 2013]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun