Pada suatu hari, nona Inge pulang kampung ke Jakarta untuk menghabiskan liburan musim panasnya. Dan namanya liburan, nona Inge pengen sekalai jalan-jalan ke Puncak Bogor untuk menikmasti udara segar khas Indonesia. Dan dasar orang yang lama tinggal di luar negeri tentunya dia kangen dengan suasana asli Indonesia. Dari makanan, minuman, baju hingga alat transportasi. Dan untuk perjalanan ke Puncak ini, nona Inge mempunyai ide untuk memilih menumpang becak genjot saja. Disamping terasa romantis, udara juga pastinya akan terasa lebih semilir. Untuk itu akhirnya nona Inge pun menemui tukang becak yang sedang mangkal dan memintanya mengantar ke Puncak naik becak. “Ah! Jauh neng.. Nggak mau saya!”, tolak tukang becak terkaget dengan permintaan nona Inge. “Ayolah pak.. sekali ini aja... Saya bayar 12 juta deh”, rayu nona Inge.. “E.. 12 juta yah?... Hmmm Okelah kalau begitu”, jawab tukang becak setalah mendengar tawaran ongkos sewa becak 12 juta. “Lumayan, habis ini bisa pensiun jadi tukang becak dan aku bakal naik pangkat jadi tukang ojek”, bathin tukang becaknya sambil membayangkan dirinya bakal membeli motor baru dari ongkos sewa kali ini. … Tak lama becakpun mulai berjalan, menyusuri kota Jakarta menuju arah Cibubur. Sesampainya di daerah Cibubur terdengar suara letusan yang cukup keras. “DOR!” “Ah ada apa pak?”, tanya nona Inge terkaget-kaget. “Anu Neng, ban depan kiri becak saya meletus. Mesti saya tambal dulu”, jawab tukang becaknya. “Oh ya sudah, tambal dulu pak”, kata nona Inge mengerti. Tak lama setelah ditambal, becakpun dikayuh kembali. Setelah beberapa jam, didaerah kebun raya Bogor terdengar lagi bunyi letusan yang lebih keras. “DHOORR!” “Ban meletus lagi ya pak?” “Iya neng. Ban kanan depan gantian meletus neng. Mesti saya tambal dulu”, jelas tukang becak sambil mengatur nafasnya yang ngos-ngosan. “oh ya sudah, tambal aja deh pak. Saya tunggu”. Setelah itu, becak kembali bisa berjalan setelah ban kanan becak itu selesai diperbaiki. Dan becak kembali berjalan menuju arah Ciawi dan puncak. Jalanan berliku dan menanjak. Becakpun semakin melambat jalannya dan terdengar lagi suara letusan sangat keras dan lebih keras dari sebelumnya dari belakang tempat duduk nona Inge. “DDHHHUUUUUAAAAAAARRRRR!!!” “Ah, pasti ban belakangnya meletus juga ya pak?”, tebak nona Inge dengan girang. “Bukan neng”, kata tukang becak sambil meringis. “Loh, lalu suara letusan apa itu pak?” “Anu neng” “Anu apa?” “Itu suara kempol paha saya yg mbledhos (meletus) neng”, kata tukang becak kesakitan. [caption id="attachment_84648" align="aligncenter" width="300" caption="awas MBLEDHOS!"][/caption] [Bekasi, 14 Januari 2011]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H