Namun, setelah pemecatan itu--Tahun 1980-an Deng menjadi pemimpin negara RRC. Dan di zaman Deng Xiapoing itulah, pilar kekuatan ekonomi RRC dibangun dan kini menjadi nagara denga pertumbuhan ekonomi tertinggi dan terkuat di muka bumi ini.
Konsep awal Deng yang dulu dimusuhi yaitu memisahkan ideologi politik dan ekonomi negara tersebut akhirnya terbukti dan membuahkan hasil yang gemilang. Ideologi tetap komunis namun ekonomi tidak. Ekonomi menjadi terbuka.
Lalu ujungnya, secara lambat laun ideologi komunisme berubah menjadi sosialis yang modern, seperti yang pernah disampaikan Deng Xiaoping pada suatu ketika sebagai berikut:
"...tugas mendasar partai dalam periode bersejarah yang baru adalah membangun Cina menjadi sebuah negara sosialis yang modern dan kuat pada akhir abad ke-20...".
Disini kita bisa lihat, sebuah visi yang dibangun lama dan menantang arus yang mengakibatkan pemecatan dirinya tak membuatnya menjadi lemah. Makin semangat menjalankan visi "modernisasi dan reformasi" ekonomi RRC.
Visi dan misi yang kalau boleh saya rangkum menjadi beberapa hal sbb:
1. Kebijakan Empat Modernisasi : Militer, Iptek, Pertanian & Industri
2.Politik Pintu Terbuka (kaifang Zhenze)
3. Reformasi pada bidang: Politik, Ekonomi, Budaya dan hukum.
Reformasi ini juga disebut Deng Xiaoping sebagai 'revolusi kedua'. Hal yang mengingatkan saya akan istilah perjuangan Prabowo dalam Pileg dan Pilpres 2014 ini sebagai "perang kemerdekaan jilid II - perang ekonomi".
Menariknya lagi, ada satu kunci reforamasi Deng yang sangat mirip dengan Kaisar Jepang serta Prabowo Subianto sendiri yaitu perihal pentingnya peran guru dalam reformasi ini.
Deng sangat prihatin dengan rendahnya gaji guru saat itu, yang kurang dari $20 perbulan. Dan ketika Deng berkuasa, guru-guru dinaikan kesejahteraannya secara drastis. Mirip sekali dengan pertanyaan Kaisar Jepang saat negaranya hancur lebur terkena bom atom Amerika. Saat itu, pertanyaan pertama Kaisar Jepang adalah:
"Tinggal berapa guru-guru kita?"