Mohon tunggu...
Hazmi SRONDOL
Hazmi SRONDOL Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis/Jurnalis

Jika kau bukan anak Raja, bukan anak Ulama. Menulislah...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pemecatan, Antara Prabowo & Deng Xiaoping

24 Mei 2014   23:27 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:09 1189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14009236171450702181

Namun, setelah pemecatan itu--Tahun 1980-an Deng menjadi pemimpin negara RRC. Dan di zaman Deng Xiapoing itulah, pilar kekuatan ekonomi RRC dibangun dan kini menjadi nagara denga pertumbuhan ekonomi tertinggi dan terkuat di muka bumi ini.

Konsep awal Deng yang dulu dimusuhi yaitu memisahkan ideologi politik dan ekonomi negara tersebut akhirnya terbukti dan membuahkan hasil yang gemilang. Ideologi tetap komunis namun ekonomi tidak. Ekonomi menjadi terbuka.

Lalu ujungnya, secara lambat laun ideologi komunisme berubah menjadi sosialis yang modern, seperti yang pernah disampaikan Deng Xiaoping pada suatu ketika sebagai berikut:

"...tugas mendasar partai dalam periode bersejarah yang baru adalah membangun Cina menjadi sebuah negara sosialis yang modern dan kuat pada akhir abad ke-20...".

Disini kita bisa lihat, sebuah visi yang dibangun lama dan menantang arus yang mengakibatkan pemecatan dirinya tak membuatnya menjadi lemah. Makin semangat menjalankan visi "modernisasi dan reformasi" ekonomi RRC.

Visi dan misi yang kalau boleh saya rangkum menjadi beberapa hal sbb:

1. Kebijakan Empat Modernisasi : Militer, Iptek, Pertanian & Industri
2.Politik Pintu Terbuka (kaifang Zhenze)
3. Reformasi pada bidang: Politik, Ekonomi, Budaya dan hukum.

Reformasi ini juga disebut Deng Xiaoping sebagai 'revolusi kedua'. Hal yang mengingatkan saya akan istilah perjuangan Prabowo dalam Pileg dan Pilpres 2014 ini sebagai "perang kemerdekaan jilid II - perang ekonomi".

Menariknya lagi, ada satu kunci reforamasi Deng yang sangat mirip dengan Kaisar Jepang serta Prabowo Subianto sendiri yaitu perihal pentingnya peran guru dalam reformasi ini.

Deng sangat prihatin dengan rendahnya gaji guru saat itu, yang kurang dari $20 perbulan. Dan ketika Deng berkuasa, guru-guru dinaikan kesejahteraannya secara drastis. Mirip sekali dengan pertanyaan Kaisar Jepang saat negaranya hancur lebur terkena bom atom Amerika. Saat itu, pertanyaan pertama Kaisar Jepang adalah:

"Tinggal berapa guru-guru kita?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun